Jendela Keluarga

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Selamat Datang Di Blog Seuntai Kenangan

Kamis, 27 Desember 2007

Bangga Menjadi Ibu Rumah Tangga

Hebat rasanya ketika mendengar ada seorang wanita lulusan sebuah universitas ternama telah bekerja di sebuah perusahaan bonafit dengan gaji jutaan rupiah per bulan. Belum lagi perusahaan sering menugaskan wanita tersebut terbang ke luar negri untuk menyelesaikan urusan perusahaan. Tergambar seolah kesuksesan telah dia raih. Benar seperti itukah?

Kebanyakan orang akan beranggapan demikian. Sesuatu dikatakan sukses lebih dinilai dari segi materi sehingga jika ada sesuatu yang tidak memberi nilai materi akan dianggap remeh. Cara pandang yang demikian membuat banyak dari wanita muslimah bergeser dari fitrohnya. Berpandangan bahwa sekarang sudah saatnya wanita tidak hanya tinggal di rumah menjadi ibu, tapi sekarang saatnya wanita ’menunjukkan eksistensi diri’ di luar. Menggambarkan seolah-olah tinggal di rumah menjadi seorang ibu adalah hal yang rendah.

Kita bisa dapati ketika seorang ibu rumah tangga ditanya teman lama ”Sekarang kerja dimana?” rasanya terasa berat untuk menjawab, berusaha mengalihkan pembicaraan atau menjawab dengan suara lirih sambil tertunduk ”Saya adalah ibu rumah tangga”. Rasanya malu! Apalagi jika teman lama yang menanyakan itu ”sukses” berkarir di sebuah perusahaan besar. Atau kita bisa dapati ketika ada seorang muslimah lulusan universitas ternama dengan prestasi bagus atau bahkan berpredikat cumlaude hendak berkhidmat di rumah menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anak, dia harus berhadapan dengan ”nasehat” dari bapak tercintanya: ”Putriku! Kamu kan sudah sarjana, cumlaude lagi! Sayang kalau cuma di rumah saja ngurus suami dan anak.” Padahal, putri tercintanya hendak berkhidmat dengan sesuatu yang mulia, yaitu sesuatu yang memang menjadi tanggung jawabnya. Disana ia ingin mencari surga.

Ibu Sebagai Seorang Pendidik

Syaikh Muhammad bin Shalih al ’Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa perbaikan masyarakat bisa dilakukan dengan dua cara: Pertama, perbaikan secara lahiriah, yaitu perbaikan yang berlangsung di pasar, masjid, dan berbagai urusan lahiriah lainnya. Hal ini banyak didominasi kaum lelaki, karena merekalah yang sering nampak dan keluar rumah. Kedua, perbaikan masyarakat di balik layar, yaitu perbaikan yang dilakukan di dalam rumah. Sebagian besar peran ini diserahkan pada kaum wanita sebab wanita merupakan pengurus rumah. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala yang artinya:

”Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa kalian, hai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab: 33)

Pertumbuhan generasi suatu bangsa adalah pertama kali berada di buaian para ibu. Ini berarti seorang ibu telah mengambil jatah yang besar dalam pembentukan pribadi sebuah generasi. Ini adalah tugas yang besar! Mengajari mereka kalimat Laa Ilaaha Illallah, menancapkan tauhid ke dada-dada mereka, menanamkan kecintaan pada Al Quran dan As Sunah sebagai pedoman hidup, kecintaan pada ilmu, kecintaan pada Al Haq, mengajari mereka bagaimana beribadah pada Allah yang telah menciptakan mereka, mengajari mereka akhlak-akhlak mulia, mengajari mereka bagaimana menjadi pemberani tapi tidak sombong, mengajari mereka untuk bersyukur, mengajari bersabar, mengajari mereka arti disiplin, tanggung jawab, mengajari mereka rasa empati, menghargai orang lain, memaafkan, dan masih banyak lagi. Termasuk di dalamnya hal yang menurut banyak orang dianggap sebagai sesuatu yang kecil dan remeh, seperti mengajarkan pada anak adab ke kamar mandi. Bukan hanya sekedar supaya anak tau bahwa masuk kamar mandi itu dengan kaki kiri, tapi bagaimana supaya hal semacam itu bisa menjadi kebiasaan yang lekat padanya. Butuh ketelatenan dan kesabaran untuk membiasakannya.

Sebuah Tanggung Jawab

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya:

”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya: ”Peliharalah dirimu dan keluargamu!” di atas menggunakan Fi’il Amr (kata kerja perintah) yang menunjukkan bahwa hukumnya wajib. Oleh karena itu semua kaum muslimin yang mempunyai keluarga wajib menyelamatkan diri dan keluarga dari bahaya api neraka.

Tentang Surat At Tahrim ayat ke-6 ini, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu berkata, ”Ajarkan kebaikan kepada dirimu dan keluargamu.” (Diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Mustadrak-nya (IV/494), dan ia mengatakan hadist ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim, sekalipun keduanya tidak mengeluarkannya)

Muqatil mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah, setiap muslim harus mendidik diri dan keluarganya dengan cara memerintahkan mereka untuk mengerjakan kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan maksiat.

Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa beberapa ulama mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan meminta pertanggungjawaban setiap orang tua tentang anaknya pada hari kiamat sebelum si anak sendiri meminta pertanggungjawaban orang tuanya. Sebagaimana seorang ayah itu mempunyai hak atas anaknya, maka anak pun mempunyai hak atas ayahnya. Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ”Kami wajibkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya.” (QS. Al Ankabut: 7), maka disamping itu Allah juga berfirman, ”Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang berbahan bakar manusia dan batu.” (QS. At Tahrim: 6)

Ibnu Qoyyim selanjutnya menjelaskan bahwa barang siapa yang mengabaikan pendidikan anaknya dalam hal-hal yang bermanfaat baginya, lalu ia membiarkan begitu saja, berarti telah melakukan kesalahan besar. Mayoritas penyebab kerusakan anak adalah akibat orang tua yang acuh tak acuh terhadap anak mereka, tidak mau mengajarkan kewajiban dan sunnah agama. Mereka menyia-nyiakan anak ketika masih kecil sehingga mereka tidak bisa mengambil keuntungan dari anak mereka ketika dewasa, sang anak pun tidak bisa menjadi anak yang bermanfaat bagi ayahnya.

Adapun dalil yang lain diantaranya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala yang artinya:
”dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang dekat.” (QS asy Syu’ara’: 214)

Abdullah bin Umar radhiyallahu ’anhuma mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), ”Kaum lelaki adalah pemimpin bagi keluarganya di rumah, dia bertanggung jawab atas keluarganya. Wanita pun pemimpin yang mengurusi rumah suami dan anak-anaknya. Dia pun bertanggung jawab atas diri mereka. Budak seorang pria pun jadi pemimpin mengurusi harta tuannya, dia pun bertanggung jawab atas kepengurusannya. Kalian semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari 2/91)

Dari keterangan di atas, nampak jelas bahwa setiap insan yang ada hubungan keluarga dan kerabat hendaknya saling bekerja sama, saling menasehati dan turut mendidik keluarga. Utamanya orang tua kepada anak, karena mereka sangat membutuhkan bimbingannya. Orang tua hendaknya memelihara fitrah anak agar tidak kena noda syirik dan dosa-dosa lainnya. Ini adalah tanggung jawab yang besar yang kita akan dimintai pertanggungjawaban tentangnya.

Siapa Menanam, Dia akan Menuai Benih

Bagaimana hati seorang ibu melihat anak-anaknya tumbuh? Ketika tabungan anak kita yang usia 5 tahun mulai menumpuk, ”Mau untuk apa nak, tabungannya?” Mata rasanya haru ketika seketika anak menjawab ”Mau buat beli CD murotal, Mi!” padahal anak-anak lain kebanyakan akan menjawab ”Mau buat beli PS!” Atau ketika ditanya tentang cita-cita, ”Adek pengen jadi ulama!” Haru! mendengar jawaban ini dari seorang anak tatkala ana-anak seusianya bermimpi ”pengen jadi Superman!”

Jiwa seperti ini bagaimana membentuknya? Butuh seorang pendidik yang ulet dan telaten. Bersungguh-sungguh, dengan tekad yang kuat. Seorang yang sabar untuk setiap hari menempa dengan dibekali ilmu yang kuat. Penuh dengan tawakal dan bergantung pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lalu… jika seperti ini, bisakah kita begitu saja menitipkannya pada pembantu atau membiarkan anak tumbuh begitu saja?? Kita sama-sama tau lingkungan kita bagaimana (TV, media, masyarakat,…) Siapa lagi kalau bukan kita, wahai para ibu -atau calon ibu-?

Setelah kita memahami besarnya peran dan tanggung jawab seorang ibu sebagai seorang pendidik, melihat realita yang ada sekarang sepertinya keadaannya menyedihkan! Tidak semua memang, tapi banyak dari para ibu yang mereka sibuk bekerja dan tidak memperhatikan bagaimana pendidikan anak mereka. Tidak memperhatikan bagaimana aqidah mereka, apakah terkotori dengan syirik atau tidak. Bagaimana ibadah mereka, apakah sholat mereka telah benar atau tidak, atau bahkan malah tidak mengerjakannya… Bagaimana mungkin pekerjaan menancapkan tauhid di dada-dada generasi muslim bisa dibandingkan dengan gaji jutaan rupiah di perusahaan bonafit? Sungguh! sangat jauh perbandingannya.

Anehnya lagi, banyak ibu-ibu yang sebenarnya tinggal di rumah namun tidak juga mereka memperhatikan pendidikan anaknya, bagaimana kepribadian anak mereka dibentuk. Penulis sempat sebentar tinggal di daerah yang sebagian besar ibu-ibu nya menetap di rumah tapi sangat acuh dengan pendidikan anak-anak mereka. Membesarkan anak seolah hanya sekedar memberinya makan. Sedih!

Padahal anak adalah investasi bagi orang tua di dunia dan akhirat! Setiap upaya yang kita lakukan demi mendidiknya dengan ikhlas adalah suatu kebajikan. Setiap kebajikan akan mendapat balasan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak inginkah hari kita terisi dengannya? Atau memang yang kita inginkan adalah kesuksesan karir anak kita, meraih hidup yang berkecukupan, cukup untuk membeli rumah mewah, cukup untuk membeli mobil mentereng, cukup untuk membayar 10 pembantu, mempunyai keluarga yang bahagia, berakhir pekan di villa. Tanpa memperhatikan bagaimana aqidah, bagaimana ibadah, asal tidak bertengkar dan bisa senyum dan tertawa ria di rumah, disebutlah itu dengan bahagia.

Ketika usia senja, mata mulai rabun, tulang mulai rapuh, atau bahkan tubuh ini hanya mampu berbaring dan tak bisa bangkit dari ranjang untuk sekedar berjalan. Siapa yang mau mengurus kita kalau kita tidak pernah mendidik anak-anak kita? Bukankah mereka sedang sibuk dengan karir mereka yang dulu pernah kita banggakan, atau mungkin sedang asik dengan istri dan anak-anak mereka?

Ketika malaikat maut telah datang, ketika jasad telah dimasukkan ke kubur, ketika diri sangat membutuhkan doa padahal pada hari itu diri ini sudah tidak mampu berbuat banyak karena pintu amal telah ditutup, Siapakah yang mendoakan kita kalau kita tidak pernah mengajari anak-anak kita?

Lalu…
Masihkah kita mengatakan jabatan ibu rumah tangga dengan kata ’cuma’? dengan tertunduk dan suara lirih karena malu? Wallahu a’lam *Muslimah.or.id



Baca Selengkapnya..

Jumat, 30 November 2007

Tipe Wanita dalam Al-Quran

Ketika memasuki sebuah showroom, butik, atau toko yang menjual pakaian wanita, kita akan mendapatkan pakaian dalam berbagai bentuk, corak, dan ragamnya. Mau pilih yang mana? Semuanya terserah kita. Sebab kita sendiri yang akan memakainya. Kita pula yang akan menerima konsekuensi dari memakai pakaian tersebut.

Pakaian dapat kita analogikan dengan kepribadian. Seperti halnya pakaian, kepribadian wanita pun memiliki beragam jenis dan corak. Kita diberi kebebasan untuk memilih tipe mana saja yang paling disukainya. Namun ingat, dalam setiap pilihan ada tanggung jawab yang harus dipikul. Karena itu, agar tidak menyesal di kemudian hari, Al-Qur'an memberi tuntunan kepada orang-orang beriman (khususnya Muslimah) agar tidak salah dalam memilih kepribadian.

Setidaknya ada lima tipe wanita dalam Al-Qur'an, yakni,
Pertama, tipe pejuang. Wanita tipe pejuang memiliki kepribadian kuat. Ia berani menanggung risiko apa pun saat keimanannya diusik dan kehormatannya dilecehkan. Tipe ini diwakili oleh Siti Asiyah binti Mazahim, istri Fir'aun. Walau berada dalam cengkraman Fir'aun, Asiyah mampu menjaga aqidah dan harga dirinya sebagai seorang Muslimah. Asiyah lebih memilih istana di surga daripada istana di dunia yang dijanjikan Fir'aun. Allah SWT mengabadikan do'anya, "Dan Allah menjadikan perempuan Fir'aun teladan bagi orang-orang beriman, dan ia berdo'a : Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang dzalim." (QS. At-Tahriim [66] : 11).

Kedua, tipe wanita shalihah yang menjaga kesucian dirinya. Tipe ini diwakili Maryam binti Imran. Hari-harinya ia isi dengan ketaatan kepada Allah. Ia pun sangat konsisten menjaga kesucian dirinya. "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!" demikian ungkap Maryam (QS. Maryam [19] : 20). Karena keutamaan inilah, Allah SWT mengabadikan namanya sebagai nama salah satu surat dalam Al-Qur'an (QS. Maryam [19]). Maryam pun diamanahi untuk mengasuh dan membesarkan Kekasih Allah, Isa putra Maryam (QS. Maryam [19] : 16-34). Allah SWT memuliakan Maryam bukan karena kecantikannya, namun karena keshalihan dan kesuciannya.

Ketiga, tipe penghasut, tukang fitnah, dan biang gosip. Tipe ini diwakili Hindun, istrinya Abu Lahab. Al-Qur'an menjulukinya sebagai "pembawa kayu bakar" alias penyebar fitnah. Dalam istilah sekarang, wanita penyiram bensin. "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya ia akan binasa. demikian pula istrinya, pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali dari sabut." (QS. Al-Lahab [111] : 1-5). Bersama suaminya, Hindun bahu membahu menentang dakwah Rasulullah SAW, menyebar fitnah, dan melakukan kezaliman. Isu yang awalnya biasa, menjadi luar biasa ketika diucapkan Hindun.

Keempat, tipe wanita penggoda. Tipe ini diperankan Zulaikha saat menggoda Nabi Yusuf. Petualangan Zulaikha diungkapkan dalam Al-Qur'an, "Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, "Marilah ke sini." Yusuf berkata, "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung." (QS. Yusuf [12] : 23).

Kelima, tipe wanita pengkhianat dan ingkar terhadap suaminya. Allah SWT memuji wanita yang tidak taat kepada suaminya yang zalim, seperti dilakukan perempuan Fir'aun (QS. At-Tahriim [66] : 11). Namun, pada saat bersamaan Allah pun mengecam perempuan yang bekhianat kepada suaminya (yang shaleh). Istrinya Nabi Nuh dan Nabi Luth mewakili tipe ini. Saat suaminya memperjuangkan kebenaran, mereka malah menjadi pengkhianat dakwah.

Difirmankan, "Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shaleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya) : Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)." (QS. At-Tahriim [66] : 10).

Wanita-wanita yang dikisahkan Al-Qur'an ini hidup ribuan tahun lalu. Namun karakteristik dan sifatnya tetap abadi sampai sekarang. Ada tipe pejuang yang kokoh keimanannya, ada wanita shalihah yang tangguh dalam ibadah dan konsisten menjaga kesucian diri, ada pula tipe penghasut, penggoda, dan pengkhianat. Terserah kita mau pilih yang mana. Bila memilih tipe pertama dan kedua, maka kemuliaan dan kebahagiaan yang akan kita dapatkan. Sedangkan bila memilih tiga tipe terakhir, kehinaan di dunia dan kesengsaraan akhiratlah akan kita rasakan.

"Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. An-Nuur [24] : 34). Wallaahu a'lam. *Kota Santri.com

Baca Selengkapnya..

Kamis, 29 November 2007

Golongan Perempuan Penghuni Syurga

Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda, "Empat jenis wanita yang berada di syurga dan empat jenis wanita yang berada di neraka." Dan beliau menyebutnya di antara empat jenis perempuan yang berada di syurga ialah :

1. Perempuan yang menjaga diri dari berbuat haram dan selalu berbakti kepada Allah serta suaminya. Isteri tidak wajib taat suruhan dan arahan suami, apabila suruhan dan arahan itu bertentangan dengan hukum Allah SWT. Imam Al-Ghazali menegaskan, "Seorang isteri wajib mentaati suami sepenuhnya dan memenuhi segala tuntutan suami dari dirinya sekiranya tuntutan itu tidak mengandungi maksiat."

2. Perempuan yang banyak keturunannya lagi penyabar serta menerima dengan senang hati dengan keadaan yang serba kekurangan (dalam kehidupan) bersama suaminya. Sabda Rasulullah SAW, "Jihad seorang wanita ialah taat pada suami dan menghiaskan diri untuknya."

3. Perempuan yang bersifat pemalu. Jika suaminya pergi, maka ia menjaga dirinya dan harta suaminya. Jika suaminya datang, ia mengekang mulutnya dari perkataan yang tidak layak kepadanya.

4. Perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya dan ia mempunyai anak-anak yang masih kecil, lalu ia mengekang dirinya hanya untuk mengurusi anak-anaknya dan mendidik mereka serta memperlakukannya dengan baik kepada mereka dan tidak bersedia kawin karena khawatir anak-anaknya akan tersia-sia (terlantar/terbiar).
*Kota Santri.com

Baca Selengkapnya..

Rabu, 26 September 2007

Membiasakan Anak Hidup Bersama Al-Qur'an

Oleh: Zulia Ilmawati (Psikolog, Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga)

Setiap orangtua pasti menginginkan buah hatinya menjadi anak yang shalih dan shalihah. Anak shalih shalihah merupakan harta yang paling berharga bagi orangtua. Untuk mendapatkan semua itu, tentu harus ada upaya keras dari orangtua dalam mendidik anak. Salah satu yang wajib diajarkan kepada anak adalahsegala hal tentang al-Quran karena ia adalah pedoman hidup manusia. Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya): "Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu; mencintai ahlul baitnya; dan membaca al-quran karena orang-orang yang memelihara Al-Quran itu berada dalam lindungan singasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya; mereka beserta para nabiNya dan orang-orang suci." (HR ath Thabrani).

Allah SWT berfirman:"Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberikan khabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar." (QS Al-Isra�[17]:9)

Sejak kapan al-Quran sebaiknya diajarkan pada anak? Tentu sedini mungkin. Semakin dini semakin baik.

Akan sangat bagus jika sejak anak dalam kandungan seolah-olah calon anak kita itu sudah terbiasa� hidup bersama� al-Quran; yakni ketika sang ibu yang mengandungnya, rajin membaca al-Quran.

7M Agar Anak Selalu Hidup Bersama al-Quran

1. Mengenalkan.

Saat yang paling tepat mengenalkan alQuran adalah ketika anak sudah mulai tertarik dengan buku. Sayang, banyak orangtua yang lebih suka menyimpan al-Quran di rak lemari paling atas. Sesekali perlihatkanlah al-Quran kepada anak sebelum mereka mengenal buku buku lain, apalagi buku dengan gambar-gambar yang lebih menarik.

Mengenalkan al-Quran juga bisa dilakukan dengan mengenalkan terlebih dulu huruf-huruf hijaiyah; bukan mengajarinya membaca, tetapi sekadar memperlihatkannya sebelum anak mengenal A, B, C. D.

Tempelkan gambar-gambar tersebut ditempat yang sering dilihat anak;

lengkapi dengan gambar dan warna yang menarik. Dengan sering melihat, anak akan terpancing untuk bertanya lebih lanjut. Saat itulah kita boleh memperkenalkan huruf-huruf al-Quran.

2. Memperdengarkan.

Memperdengarkan ayat-ayat al-Quran bisa dilakukan secara langsung atau dengan memutar kaset atau CD.

Kalau ada teori yang mengatakan bahwa mendengarkan musik klasik pada janin dalam kandungan akan meningkatkan kecerdasan, insya Allah memperdengarkan al-Quran akan jauh lebih baik pengaruhnya bagi bayi.

Apalagi jika ibunya yang membacanya sendiri. Ketika membaca alQuran, suasana hati dan pikiran ibu akan menjadi lebih khusyuk dari tenang. Kondisi seperti ini akan sangat membantu perkembangan psikologis janin yang ada dalam kandungan.

Pasalnya, secara teoretis kondisi psikologis ibu tentu akan sangat berpengaruh pada perkembangan bayi, khususnya perkembangan psikologisnya. Kondisi stres pada Ibu tentu akan berpengaruh buruk pada kandungannya.

Memperdengarkan al-Qurari bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja; juga tidak mengenal batas usia anak. Untuk anak-anak yang belum bisa berbicara, insya Allah lantunan ayat al-Quran itu akan terekam dalam memorinya. Jangan aneh kalau tiba-tiba si kecil lancar melafalkan surat al-Fatihah, misalnya, begitu dia bisa berbicara.

Untuk anak yang lebih besar, memperdengarkan ayat-ayat alQuran (surat-surat pendek) kepadanya terbukti memudahkan sang anak menghapalkannya.

3. Menghapalkan.

Menghapalkan al-Quran bisa dimulai sejak anak lancar berbicara. Mulailah dengan surat atau ayat yang pendek atau potongan ayat (misalnya fastabiq al-khayrat, hudan li an-nas, birr al-walidayn, dan sebagainya).

Menghapal bisa dilakukan dengan cara sering-sering membacakan ayat-ayat tersebut kepada anak. Lalu latihlah anak untuk menirukannya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai anak hapal di luar kepala.

Masa anak-anak adalah masa meniru dan memiliki daya ingat yang luar biasa.

Orangtua harus menggunakan kesempatan ini dengan baik jika tidak ingin menyesal kehilangan masa emas (golden age) pada anak.

Agar anak lebih mudah mengingat, ayat yang sedang dihapal anak bisa juga sering dibaca ketika ayah menjadi imam atau ketika naik mobil dalam perjalanan. Disamping anak tidak mudah lupa, hal itu juga sebagai upaya membiasakan diri untuk mengisi kesibukan dengan amalan yang bermanfaat. Nabi saw. bersabda:

Demi Zat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya hapalan Al-Qur�an itu lebih cepat lepasnya daripada seekor unta pada tambatannya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

4. Membaca.

Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitab Allah maka dia.akan mendapat satu kebaikan. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif-lam-mim adalah satu huruf. Akan tetapi, alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf. (HR at-Tirmidzi).

Sungguh luar biasa pahala dan kebaikan yang dijanjikan kepada siapa saja yang biasa membaca al-Quran. Bimbing dan doronglah anak agar terbiasa membaca al-Quran setiap hari walau cuma beberapa ayat. Orangtua penting memberikan contoh.

Jadikanlah membaca al-Quran, utamanya pada pagi hari usai shalat subuh atau usai shalat magrib, sebagai kegiatan rutin dalam keluarga. Ajaklah anak-anak yang belum bisa membaca untuk bersama-sama mendengarkan kakak-kakaknya yang sedang membaca al-Quran. Orangtua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kaidah-kaidah dan adab membaca al-Quran.

Untuk bisa membaca al-Quran, termasuk mengetahui kaidah-kaidahnya, sekarang ini tidaklah sulit. Telah banyak metode yang ditawarkan untuk bisa mudah dan cepat membaca. Ada metode Iqra, Qiroati dan sebagainya. Metode-metode itu telah terbukti memudahkan ribuan anak-anak bahkan orangtua untuk mahir membaca al-Quran.

Alangkah baiknya membaca al-Quran ini dilakukan secara bersama-sama oleh anak-anak di bawah bimbingan orangtua. Ketika seorang anak membaca, yang lain menyimaknya. Jika anak salah membaca, yang lain bisa membetulkan.Dengan cara itu, rumah akan selalu dipenuhi dengan bacaan al-Quran sehingga berkah.

5. Menulis.

Belajar menulis akan mempermudah anak dalam belajar membaca al-Quran. Diktekan kepada anak kata-kata tertentu yang mempunyai makna. Dengan begitu, selain anak bisa menulis, sekaligus anak belajar bahasa Arab. Mulailah dengan kata-kata pendek. Misalnya, untuk mengenalkan tiga kata alif, ba, dan dal anak diminta menulis a, ba da (tolong tuliskan Arabnya, ya: a-ba-da) artinya diam; ba-da-a (yang ini juga) artinya mulai; dan sebagainya.

Sesekali di rumah, coba adakan lomba menulis ayat al-Quran. Berilah hadiah untuk anak yang paling rapi menulis. Jika anak memiliki kemampuan yang lebih dalam menulis huruf al-Quran, ia bisa diajari lebih lanjut dengan mempelajari seni kaligrafi.

Rangkaian huruf menjadi suku kata yang mengandung arti bertujuan untuk melatih anak dalam memperkaya kosakata, di samping memberikan kesempatan bagi mereka untuk bertanya tentang setiap kata yang diucapkan serta mengembangkan cita rasa seni mereka. Jadi, tidak hanya bertujuan mengenalkan huruf-alQuran semata.

6. Mengkaji.

Ajaklah anak mulai mengkaji isi al-Quran. Ayah bisa memimpinnya setelah shalat magrib atau subuh. Paling tidak, seminggu sekali kajian sekeluarga ini dilakukan. Tema yang dingkat bisa saja tema-tema yang ingin disampaikan berkaitan dengan perkembangan perilaku anak selama satu minggu atau beberapa hari.

Kajian bersama, dengan merujuk pada satu atau dua ayat al-Quran ini, sekaligus dapat menjadi sarana tawsiyah untuk seluruh anggota keluarga. Sekali waktu, tema yang akan dikaji bisa diserahkan kepada anak-anak.

Adakalanya anak diminta untuk memimpin kajian. Orangtua bisa memberi arahan atau koreksi jika ada hal-hal yang kurang tepat. Cara ini sekaligus untuk melatih keberanian anak menyampaikan isi al-Quran.

7. Mengamalkan dan memperjuangkan AI-Quran.

AI-Quran tentu tidak hanya untuk dibaca, dihapal dan dikaji. Justru yang paling penting adalah diamalkan seluruh isinya dan diperjuangkan agar benar-benar dapat menyinari kehidupan manusia.

Sampaikan kepada anak tentang kewajiban mengamalkan serta memperjuangkan al-Quran dan pahala yang akan diraihnya. Insya Allah, hal ini akan memotivasi anak.

Kepada anak juga bisa diceritakan tentang bagaimana para Sahabat dulu yang sangat teguh berpegang pada alQuran; ceritakan pula bagaimana mereka bersama Rasulullah sepanjang hidupnya berjuang agar al-Quran tegak dalam kehidupan. *Halalguide.info

Baca Selengkapnya..

Selasa, 25 September 2007

Agar Anak Mengenal Makanan/Minuman Halal

Allah Swt. berfirman: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dan baik dari apa saja yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh kalian yang nyata. (QS Al-Baqarah [2]: 168).
Makan adalah kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi. Halal dan baik (halal-an thayyib-an) merupakan syarat utama saat kita mengkonsumsi makanan. Karena itu, mengetahui makanan halal sangat penting; tidak hanya bagi orangtua, yang bertugas menyediakan makanan untuk anak-anak, tetapi juga bagi anak-anak. Mereka harus mulai dikenalkan dengan makanan halal atau haram agar lebih berhati-hati saat mengkonsumsinya. Bagaimana mengenalkan makanan halal dan haram kepada anak? Tulisan berikut akan memberikan beberapa kiatnya.

1. Mengenalkan label halal.

Usahakan untuk selalu membeli makanan yang sudah mendapatkan sertifikat halal dari mulai makanan ringan, jajanan anak-anak sampai memilih rumah makan ketika akan bersantap dengan keluarga. Label halal biasanya berbentuk lingkaran kecil di sudut atas atau bawah kemasan. Di dalamnya terdapat kata halal untuk makanan dalam kemasan dan keterangan (sertifikat halal) dalam bentuk lembaran kertas untuk restoran-restoran atau makanan yang tidak dikemas. Sertifikat halal ini dikeluarkan oleh POM MUI. Meski tidak berarti yang tidak berlabel halal adalah makanan yang haram, mengenalkan label halal penting demi mendidik anak untuk berhati-hati sebelum membeli.

2. Mengenalkan kandungan makanan.

Ajari anak-anak untuk mengamati setiap kandungan makanan yang tercantum dalam kemasan. Jika di dalamnya mengandung bahan yang meragukan, seperti gelatin, misalnya, pastikan bahwa yang tercantum adalah gelatin yang berasal dari sapi. Gelatin biasanya terdapat pada makanan yang lembut dan sedikit kenyal, seperti permen lunak, es krim, dan puding. Tiga jenis makanan ini termasuk makanan favorit anak-anak. Karena itu, dengan mengenalkan komposisi kandungan, anak-anak terdidik untuk berhati-hati sebelum mengkonsumsi makanan.

3. Memperlihatkan poster barang haram.

Poster anti narkoba, misalnya, bisa kita lihat dimana-mana; di berbagai media (massa/elektronik) atau di jalan-jalan raya. Gunakan sarana itu untuk mengenalkan kepada anak makanan yang haram, di antaranya narkoba berikut berbagai bahaya yang ditimbulkan. Narkoba dapat mengganggu kesehatan, melemahkan perasaan dan merusak moral serta menghancurkan generasi. Dengan memperlihatkan poster semacam itu, anak-anak telah dididik sedari dini untuk mewaspadai makanan/zat yang haram.

4. Menunjukkan makanan yang haram saat Berbelanja.

Sekali waktu, ajaklah anak berbelanja di pasar atau supermarket. Jika ada makanan haram yang di jual di sana, tunjukkanlah kepada mereka. Amatilah baik-baik, misalnya, perbedaan antara daging sapi dan babi; mulai dari warna, tekstur dan sebagainya yang menunjukkan perbedaan itu. Selain daging segar, kepada anak-anak juga bisa diperlihatkan beberapa makanan kaleng yang mengandung bahan babi. Selain makanan, anak juga bisa dikenalkan dengan minuman-minuman beralkohol yang haram dikonsumsi, yang biasanya dijual di supermaket besar; seperti macam-macam bir atau minuman haram lainnya. Tekankan kepada anak-anak bahwa semua itu dilarang oleh Islam dan haram untuk dikonsumsi.

5. Mengunjungi pameran produk halal.

Jika ada kesempatan, ajaklah anak-anak mengunjungi pameran produk halal. Di tempat pameran akan disajikan makanan dan minuman yang biasanya sudah mendapat sertifikat halal. Anak akan menjadi lebih tahu, ternyata tidak sedikit makanan halal yang bisa dikonsumsi. Anak juga bisa bertanya langsung kepada orang-orang yang menjaga setiap stand sekaligus meminta penjelasan tentang produk makanan yang dipamerkan. Dengan cara itu, anak-anak terbiasa memperhatikan makanan halal dan makin menyadari betapa pentingya soal ini.

6. Membacakan ayat dan hadis.

Mengenalkan makanan halal dan haram juga bisa dilakukan dengan mengenalkan dalil-dalil tentang makanan yang bersumber dari al-Quran atau Hadis Rasulullah saw. Ajaklah anak untuk membaca, mengkaji dan kalau mungkin menghapalkan ayat-ayat dan hadis tersebut. Contohnya ayat berikut:

Diharamkan atas kalian (memakan) bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembilih atas nama selain Allah; yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang kalian sempat menyembelihnya; dan (diharamkan atas kalian) binatang yang disembelih untuk berhala. (QS al-Maidah [5]: 3).

Contoh lain adalah sabda Rasulullah saw. berikut:

الْبَحْرُ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ

Laut itu suci airnya dan halal bangkainya. (HR at-Tirmidzi, an-Nasa�i, Ibn Majah dan Ahmad).

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنْ سُحْتٍ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

Tidak akan masuk surga siapa saja yang dagingnya tumbuh dari makanan yang haram. Neraka lebih utama untuknya. (HR Ahmad).

7. Menanamkan kehalalan melalui cara mendapatkannya.

Selain kiat di atas, penting juga diajarkan kepada anak, bahwa makanan yang halal tidak hanya dilihat dari zatnya saja, tetapi juga cara memperolehnya. Makanan yang zatnya halal, tetapi didapat dengan cara yang haram, menjadi haram juga. Misal, ayam goreng yang halal dimakan, jika didapat dengan cara mengambil bekal temannya saat makan siang di sekolah, menjadi haram. Dengan cara ini, anak juga dididik sedari dini untuk mendapatkan rezeki dengan cara yang halal selalu. Dengan begitu, bibit-bibit korupsi dan tindak kejahatan menyangkut harta lain dengan cara ini sesungguhnya sudah dilibas mulai dari akarnya.

8. Mengenalkan makanan halal melalui kegiatan makan bersama.

Cara lain yang cukup efektif mengenalkan makanan halal kepada anak-anak adalah saat makan bersama. Sebelum acara makan dimulai, ajaklah anak-anak mengamati makanan masing-masing. Selain dari kandungan gizinya dan manfaatnya untuk pertumbuhan anak, jelaskan juga sisi kehalalan. Tanamkan rasa syukur dengan makanan yang sudah tersedia, sekaligus juga ajarkan tentang adab makan dan minum sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.: membaca doa sebelum makan, menggunakan tangan kanan, tidak berbicara saat makan, tidak mencela makanan dan sebagainya.

9. Menunjukkan makanan haram melalui tivi.

Mengenalkan makanan haram kepada anak, selain bisa dilakukan secara langsung juga dapat melalui media, misalnya televisi. Di film-film biasanya terdapat adegan orang yang mabuk karena meminum minuman beralkohol. Sampaikan bahwa khamr (minuman beralkohol) haram diminum. (Lihat: QS al-Maidah [5]: 90).

10. Mengikuti perkembangan info halal.

Ada majalah khusus yang dikeluarkan POM MUI yang bisa kita dapat. Kita juga biasa mengakses langsung melalui internet. Dengan begitu, kita tidak akan tertinggal informasi tentang perkembangan makanan halal, sekaligus kita akan lebih mudah dalam mencari produk halal. Ajaklah anak-anak untuk turut memperhatikan atau membaca media itu. Akan lebih menyenangkan jika anak juga sekali waktu diajak untuk surfing di internet untuk mengetahui makanan yang halal.

Wallahu a'lam biash-shawab. *Halalguide.info

Baca Selengkapnya..

Senin, 24 September 2007

Keteladanan Berawal dari Keluarga

Anak adalah nikmat dan pemberian Allah SWT yang tak ternilai harganya. Anak ini merupakan amanah bagi kedua orangtuanya untuk kemudian dipertanggung-jawabkan. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengingatkan kepada kita tentang besarnya tanggung jawab mendidik anak, "Barangsiapa yang melalaikan pendidikan anak dengan tidak mengajarkannya hal-hal yang bermanfaat, membiarkan mereka terlantar, maka sungguh dia telah berbuat sangat buruk. Sebagian besar anak yang jatuh ke dalam kerusakan tidak lain karena kesalahan orangtua yang tidak memperhatikan anak-anaknya dan tidak mengajarkan mereka kewajiban agama dan sunnah-sunnahnya. Sejak kecil mereka ditelantarkan sehingga kelak mereka tidak dapat memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orangtuanya."

Telah lama disadari bahwa keluarga merupakan pihak yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perkembangan anak pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Keluarga juga kerap diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang dapat memberi kasih sayang. Keluarga merupakan sumber utama dari sekian sumber-sumber pendidikan nalar seorang anak, dimana ia akan menemukan tata nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Keluarga merupakan unsur terpenting dalam pembentukan kepribadian anak melalui proses perkenalan dan interaksi antara dirinya dengan anggota keluarga di sekitarnya.

Keteladanan Orangtua
Pengelola Yayasan Buah Hati, Neno Warisman, mengungkapkan bahwa agama merupakan elemen dasar perkembangan anak. Harus dipahami pula bahwa untuk mengajarkan agama pada tingkat dini dibutuhkan banyak metode. "Orangtua harus sedapat mungkin aktif menggali informasi serta menerapkan metode pengajaran agama yang sudah teruji. Dalam mengajarkan sesuatu kepada anak, kita harus menyertakan hati, telinga, dan mata. Orangtua harus memberikan contoh yang nyata, bukan sekadar nasihat atau perintah. Anak-anak memerlukan keteladanan agar nilai yang hendak disampaikan menjadi lebih bermakna," ungkap Neno.

Membiasakan anak sejak usia dini untuk mengetahui dan melaksanakan berbagai aktivitas keagamaan tidak dapat dilakukan tanpa memperhatikan kenyamanan emosi, fisik, dan spiritual anak. Menurut Neno, jika orangtua dapat memfasilitasi ketiganya, maka proses pembelajaran agama akan berjalan dengan baik.

Praktisi pendidikan anak, Seto Mulyadi, menganggap bahwa peran keluarga sangat penting dalam membina akhlak dan mental anak. Kak Seto, demikian ia akrab dipanggil, menekankan agar orangtua memperhatikan metode dan cara yang tepat dalam memberikan pembelajaran agama kepada anak. Hal ini akan menentukan berhasil tidaknya upaya pendidikan.

"Dari semua hal yang perlu diajarkan, keteladanan orangtua adalah yang paling utama. Anak-anak akan mudah meniru apa pun yang dilihatnya. Jadi, ketika orangtua menerapkan perilaku terpuji dan bertutur kata yang halus, itu sudah merupakan permulaan pendidikan agama kepada anak-anak," tegas Seto.

Penyampaian nilai-nilai agama sebaiknya dilakukan dalam suasana yang 'berpihak' pada anak. "Jangan ada tekanan, paksaan, atau emosi dari orangtua kepada anak-anaknya. Sebaliknya, jika suasana hangat tercipta, maka anak pun akan mengikuti apa-apa yang disampaikan kepada mereka," tambahnya.

Dalam proses pendidikan, kontinuitas dan kualitas komunikasi antara orangtua dan anak harus dijaga. Seto mengingatkan agar orangtua memiliki kepekaan untuk dapat memahami kegelisahan, keinginan, maupun kegembiraan anak dengan menjadi pendengar yang baik. Di sinilah kemudian oangtua membimbing dan sekaligus menyisipkan jaran agama dalam tingkatan yang mudah dipahami nak. "Melalui cara yang halus dan lembut penuh kasih sayang, saya kira nilai-nilai ajaran agama bisa lebih mengena pada anak."

Visi dan Misi Keluarga
Sebagaimana layaknya sebuah organisasi, keluarga harus memiliki visi dan misi. Penentuan visi dan misi hendaknya dilandasi oleh pemahaman mendalam pada ajaran Al-Qur'an dan hadits. Dengan bercermin pada keluarga Rasulullah SAW, kita dapat memetik pelajaran berharga tentang fungsi sebuah organisasi keluarga.

Keluarga merupakan wadah penguatan ruhiyah melalui keteladanan dalam ibadah. Keluarga juga sangat besar pengaruhnya terhadap pengembangan potensi intelektual, spiritual, maupun emosional. Melalui proses berkeluarga, ketiga potensi ini akan mengalami pematangan, percepatan, teruji efektivitas dan efisiensi dalam sinergisitasnya.

Pendek kata, orangtua adalah pelopor dalam memberikan pemahaman tentang ilmu agama kepada anak-anak mereka. Keteladanan yang muncul adalah bentuk dakwah paling efektif untuk membuat anak terpesona dengan akhlak yang dicontohkan oleh orangtuanya. Dengan demikian, proses pembelajaran, penerapan, dan dakwah memang semestinya berawal secara alamiah di dalam lingkup keluarga. *Kotasantri.com

Baca Selengkapnya..

Kamis, 16 Agustus 2007

Jadi Pendengar yang Baik

Menjadi seorang pendengar yang baik tidaklah mudah. Mendengarkan sering dianggap sebagai tindakan pasif dan tidak penting. Padahal mendengarkan merupakan proses aktif dan membutuhkan usaha sungguh-sungguh.

Seorang pendengar harus memahami dan bersedia memberikan tanggapan atas pesan-pesan pembicara. Mendengarkan berarti menyimak semua perkataannya dan tidak semua orang bisa melakukannya dengan baik.

Dengan menjadi pendengar yang baik maka komunikasi pun menjadi lancar untuk kesuksesan dalam pergaulan maupun urusan bisnis. Untuk mendengarkan seseorang berkeluh kesah memang anda dituntut harus menyiapkan diri sendiri menjadi seorang pendengar. Terkadang seseorang hanya butuh untuk didengarkan agar merasa bebannya terangkat.

Untuk menjadi pendengar yang baik dibutuhkan latihan. Apalagi yang berkeluh kesah adalah pasangan anda sedang mengalami bad day. Memang terlihat sederhana tetapi belum tentu mudah melakukannya. Jadi ada baiknya anda simak langkah berikut ini.

Jangan biarkan pikiran anda bermain dan melayang sendiri pada lain hal. Jadi cobalah anda untuk konsentrasi saat mendengarkan keluh kesah sang kekasih.

Jika lingkungan kurang kondusif atau tidak mendukung maka anda bisa atasi pusatkan diri pada pembicaraan yang sedang berlangsung. Yang diperhatikan bukan penampilan, busana atau fisik pasangan anda.

Temukan apa yang menjadi inti dari permasalahan yang mengganggu. Dengarkan dengan sabar dan responsif hingga pasangan anda selesai bercerita dan jangan diinterupsi.

Tunjukkan gesture yang kondusif dan bersedia untuk mendengarkan dengan baik. Buatlah eye contact yang nyaman, mengangguklah dengan responsif, beri tanggapan yang perlu seperti tersenyum dan sebagainya yang disesuaikan dengan apa yang dibicarakan.

Bila anda dimintai pendapat, jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan. Dengarkan dulu semua secara keseluruhan, ajukan pertanyaan yang tidak menyudutkan, setelah itu anda bisa ungkapkan kesimpulan anda.

Saat pasangan meminta saran anda, berilah dia saran yang masuk akal dan bisa dilakukan secara kongkrit. Tapi bila anda bingung, jangan pura-pura mengetahui akan lebih baik jika anda jujur saja. Paling tidak anda sudah menjadi pendengar yang baik.

Yang terpenting adalah tetap bersikap rendah hati, terbuka, sabar dan tidak emosi. Semoga anda berhasil menjadi seorang pendengar yang baik dan benar.*Perempuan.com

Baca Selengkapnya..

Selasa, 31 Juli 2007

Membangun Keluarga Shaleh

Penulis : Aam Amiruddin

Mempunyai keluarga yang shaleh merupakan cita-cita semua orang. Untuk mewujudkannya butuh kesungguhan, kesabaran, dan keuletan dari suami dan istri. Berikut sejumlah keterangan dari Al-Qur'an dan hadits tentang bagaimana dasar-dasar keluarga yang shaleh itu.

1. Selalu Bersyukur Saat Mendapatkan Nikmat
Kalau kita mendapat karunia dari Allah SWT berupa harta, ilmu, anak, dan lain-lain, bersyukurlah kepadaNya atas segala nikmat yang telah diberikan tersebut supaya yang ada dalam genggaman kita itu menjadi barakah.
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur (atas segala nikmat yang diberikan), pasti Allah akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih." (QS. Ibrahim [14] : 7).

2. Senantiasa Bersabar Saat Ditimpa Kesulitan
Semua orang pasti mengharapkan bahwa jalan kehidupannya selalu lancar dan bahagia, namun kenyataannya tidak demikian. Sangat mungkin dalam kehidupan berkeluarga kita menghadapi sejumlah kesulitan dan ujian; berupa kekurangan harta, ditimpa penyakit, dan lain-lain. Nah, sabar merupakan fondasi yang harus kita bangun agar keluarga kita tetap bahagia walaupun sedang ditimpa musibah.
"Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk, hal-hal yang diwajibkan Allah." (QS. Lukman [31] : 17).

3. Bertawakal Saat Memiliki Rencana
Allah sangat suka kepada orang-orang yang melakukan sesuatu secara terencana. Nabi Muhammad SAW kalau mau melakukan sesuatu yang penting selalu bermusyawarah dengan para sahabatnya. Musyawarah merupakan suatu proses perencanaan. Alangkah indahnya bila suami istri selalu bermusyawarah dalam merencanakan hal-hal yang dianggap penting dalam kehidupan berumah tangga, misalnya masalah pendidikan anak atau tempat tinggal. Kalau kita punya suatu rencana, jangan lupa hasilnya kita pasrahkan kepada Allah SWT, itulah yang disebut tawakal
"Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad (menghadapi suatu rencana), maka bertawakallah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertawakal." (QS. Ali Imran [3] : 159).

4. Bermusyawarah
Suami adalah leader atau pemimpin dalam rumah tangga. Seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan-keputusan strategis. Alangkah mulia kalau suami sebagai pemimpin selalu mengajak bermusyawarah kepada istri dan anak-anaknya dalam mengambil keputusan-keputusan penting yang menyangkut urusan keluarga. Hindarkan diri dari sikap otoriter, insya Allah hasil musyawarah itu akan baik.
"... Dan segala persoalan, di putuskan dengan bermusyawarah di antara mereka..." (QS. Asy-Syuura [42] : 38).

5. Tolong Menolong dalam Kebaikan
Menurut Aisyah RA, Rasulullah SAW sebagai suami selalu menolong pekerjaan istrinya. Beliau tidak segan untuk mengerjakan pekerjaan yang dilakukan wanita, seperti mencuci piring/baju, menggendong anak, dan lain-lain. Nah, kalau kita ingin membangun keluarga yang shaleh, suami harus berusaha meringankan beban istri, begitu juga sebaliknya. Jadikan tolong menolong sebagai hiasan berumah tangga.
"Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran..." (QS. Al-Maidah [4] : 2).

6. Senantiasa Memenuhi Janji
Memenuhi janji merupakan bukti kemuliaan seseorang. Sedalam apapun ilmu kita, setinggi apapun kedudukan kita, tapi kalau sering menyalahi janji tentu orang tidak akan lagi percaya kepada kita. Bagaimana kita akan menjadi suami yang dihargai istri dan anak-anak kalau kita sering menyalahi janji kepada mereka?
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji." (QS. Al-Maidah [4] : 1).

7. Segera Bertaubat Bila Terlanjur Melakukan Kesalahan
Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, tak jarang suami istri terjerumus dalam kesalahan. Itu tidak dapat dipungkiri. Apabila suami/istri melakukan kesalahan, hendaklah segera bertaubat dari kesalahan itu.
"Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Ali-Imran [3] : 135).

8. Saling Menasehati
Untuk membentuk keluarga yang shaleh, tentunya dibutuhkan sikap lapang dada dari masing-masing pasangan untuk dapat menerima nasihat ataupun memberikan nasihat kepada pasangannya.
"Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati dalam hal kesabaran." (QS. Al-Ashr [103] : 1-3).

9. Saling Memberi Maaf dan Tidak Segan untuk Minta Maaf Kalau Melakukan Kekeliruan
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali-Imran [3] : 134).

10. Berprasangka Baik
Suami istri hendaknya selalu berprasangka baik terhadap pasangannya. Sesungguhnya prasangka baik akan menentramkan hati, sehingga konflik dalam keluarga dapat diminimalisir.
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain." (QS. Al-Hujurat [49] : 12).

11. Mempererat Silaturahmi dengan Keluarga Istri dan Suami
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal." (QS. Al-Hujurat [49] : 13).

12. Melakukan Ibadah Secara Berjama'ah
Dengan mengerjakan ibadah secara berjama'ah, ikatan batin antara suami-istri akan lebih erat. Disamping itu pahala yang dijanjikan Allah pun lebih besar.
"Shalat berjama'ah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendiri-sendiri."
(HR. Bukhari dan Muslim).

13. Mencitai Keluarga Istri atau Suami Sebagaimana Mencintai Keluarga Sendiri
Berlaku adil atau tidak berat sebelah adalah hal yang mesti dijalankan oleh masing-masing pasangan agar tercipta suasana saling menghormati Dalam rumah tangga.
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu, sehingga mencintai saudaranya (keluarga, sahabat, dan sebagainya) seperti mencintai dirinya sendiri." (HR. Muslim).

14. Memberi Kesempatan kepada Suami atau Istri untuk Menambah Ilmu
Kewajiban menuntut ilmu melekat kepada siapapun, termasuk kepada suami/istri, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW, "Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim." (HR. Muslim).

Apabila keempat belas hal di atas dikerjakan secara konsekuen oleh masing-masing pasangan, insya Allah akan tercipta keluarga yang menjadi penyejuk hati.
Wallahu a'lam. *Kota Santri.com


Baca Selengkapnya..

Jumat, 27 Juli 2007

Don't Cry, Ketika Mencintai, Tak Bisa Menikahi

Sungguh, merupakan hal yang sangat menyakitkan hati. Ketika cinta kita ditolak oleh seeorang yang sangat kita harapkan cintanya. Sebahagaian dari kita mungkin akan langsung berfikir sepertinya Allah tidak adil. Langit terasa muram dan tidak bercahaya. Bukankah cinta kita benar-benar tulus dan murni. Untuk menjaga diri dari dosa, menjaga pandangan, menjaga hati, bahkan demi menjaga kesucian agama-Nya? Apa yang salah pada diri kita? Tidak layakkah kita mendapakan janjinya, "Jika kamu menolong agama (Allah), niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad : 7).

Begitu mahalkah tiket untuk mendapatkan pertolongan-Nya, lantas di manakah janji-Nya, "Berdo'alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (QS. Al-Mu'min : 60).

Ya, sebenarnya faktor yang paling utama mengapa keinginanmu belum dikabulkan, padahal usia sudah waktunya, tujuan sudah mulia, bahkan mungkin kemampuan sudah ada. Hanya satu faktor penyebabnya. Yaitu perbedaan persepsi antara kita dan Allah. Kita seringkali menganggap bahwasanya apa-apa yang sesuai dengan keinginan kita itulah yang terbaik bagi kita, padahal tidak selamanya loh, (baca QS. Al-Baqarah : 216).

Dari ayat tersebut, kita tahu bahwa ada hikmah dibalik setiap kejadian apapun yang menimpa kita, ada kebaikan dibalik sesuatu yang kita anggap buruk, demikian pula sebaliknya.

Agaknya tidak ada salahnya jika kita sedikit mendengar penuturan Ibnu Al-Jauzy yang mengajarkan, "Jika anda tidak mampu menangkap hikmah, bukan karena hikmah itu tidak ada, namun semua itu akibat kelemahan daya ingat anda sendiri. Anda kemudian harus tahu bahwa para raja pun memiliki rahasia yang tidak diketahui setiap orang. Bagaimana mungkin anda dengan segala kelemahan anda akan sanggup mengungkap sebuah hikmah?"

Betapa berat pun sebuah ujian yang kita alami, pasti akan ada jalan keluarnya. Allah menyatakan, "Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya." (QS. Al-An'am : 152). Dalam ayat yang lain, Allah berfirman, "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan baginya keperluannya." (QS. At-Thalaq : 2-3).

Yakinilah bahwa kegagalan cinta yang kita alami, tertolaknya cinta yang kita ajukan, sudah dirancang sedemikian rupa skenarionya oleh Allah. Sehingga tidak perlu menyikapinya secara berlebihan. Daripada kita larut dalam kesedihan, menagis, menyesali diri, patah hati atau bunuh diri. Lebih baik kita berbaik sangka saja kepada Allah. Tidak pantas diri ini mengeluh apalagi menyesali sebuah kegagalan. Bersikaplah positif ke depan. Yakinlah bahwasannya kegagalan cinta bukanlah akhir dari segalanya, bukanlah awal dari sebuah kehancuran.

Sejarah mencatat, banyak sekali pribadi-pribadi sukses di dunia ini mengawali kesuksesannya setelah ditimpa berkali-kali gagal dalam usaha mereka, begitu juga tentang urusan cinta. Sebagai manusia, kita dibekali potensi yang sedemikian hebatnya oleh Allah. Dan terkadang potensi yang ada pada diri kita justru baru kita ketahui setelah kita menghadapi beberapa kali kegagalan.

Aa Gym pernah mengatakan, "Jika nasi sudah menjadi bubur, maka kita harus mulai memikirkan ayam, cakwe, sledri, bawang goreng, dan sambel, sehingga bubur kita akan menjadi bubur ayam yang spesial." Karena itu, satu orang yang menolak cinta kita seharusnya tidak menjadikan kita lupa pada puluhan bahkan ratusan orang lain yang menyayangi kita. Namun justru seharusnya menjadi cambuk bagi diri kita untuk menjadi lebih baik.

***

Ayo Terus Perbaiki Kekurangan Diri

Mungkin kita merasa bahwa kita sudah siap dan mampu, kita merasa bahwa kita baik hati, tidak sombong, berasal dari keluarga baik-baik, punya ilmu agama yang cukup memadai, pribadi oke, wajah pun tidak mengecewakan. Tapi mengapa dia masih tidak bersedia? Kriteria seperti apa lagi yang dia dambakan? Sekali lagi, cinta tidak bisa dipaksakan, mungkin ada beberapa kriteria lain yang belum kita miliki, yaitu kriteria yang baginya adalah paling prioritas di antara kriteria lainnya dan hal itu merupakan daya tarik tersendiri bagi dirinya.

Kalau sudah begitu, mari kita jadikan momen penolakan tersebut sebagai momen kita untuk mencari tahu dan memperbaiki terus kekurangan-kekurangan kita. Sekali ditolak, berarti satu perubahan ke arah yang lebih baik, dua kali ditolak, dua perubahan, sehingga pada akhirnya, ketika Allah mengirimkan seseorang yang terbaik menurut-Nya kepada kita, orang tersebut akan terpana dan berkata "Waaa... Istri/suamiku ternyata keren sekaliii."

Ingat, kita harus selalu berusaha memperbaiki kekurangan diri, menjadikan setiap kegagalan sebagai batu loncatan ke arah kesuksesan, melecutkan kemampuan, membangun potensi yang selama ini terpendam, memacu semangat dalam diri. Seorang pemenang tidak dilahirkan, tetapi harus diciptakan.*Mtks.Kotasantri.com

Baca Selengkapnya..

Kamis, 26 Juli 2007

Ingin Cepat Kaya? Buruan Menikah!

Pernikahan itu pasti indah, nyaman, dan menyenangkan. Itu garansi dari Allah 'Azza wa Jalla, sebagaimana tertuang dalam firmanNya yang suci (QS. 30 : 21). Apabila ada ungkapan "Pernikahan tidak selamanya indah", pasti ada error yang dilakukan oleh para pelaku pernikahan. Entah itu berupa pelanggaran atas rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam proses pencapaiannya. Ataupun sikap manusia yang makin tidak apresiatif terhadap kewajiban universal dari Pencipta alam semesta ini.

Islam memandang, pernikahan bukan saja sebagai satu-satunya institusi yang sah, tempat pelepasan hajat birahi manusia terhadap lawan jenisnya. Tapi yang tak kalah penting adalah, pernikahan sanggup memberikan jaminan proteksi pada sebuah masyarakat dari ancaman kehancuran moral dan sosial.

Itulah sebabnya, Islam selalu mendorong dan memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia untuk segera melaksanakan kewajiban suci itu. "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki serta hamba-hamba sahayamu yang wanita. Jika mereka miskin, Allah akan membuat mereka kaya dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui." (QS. 13 : 38).

Dalam haditsnya, Rasulullah SAW juga menekankan para pemuda untuk bersegera menikah. "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah, maka segeralah menikah. Karena sesungguhnya menikah itu lebih menjaga kemaluan dan memelihara pandangan mata. Barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa menjadi benteng (dari gejolak birahi)." (HR. Bukhari).

Dari sini makin jelas, ke mana orientasi perintah menikah itu sesungguhnya. Tujuan pembentukan institusi-institusi pernikahan (keluarga) tak lain adalah, agar terpancang sendi-sendi masyarakat yang kokoh. Sebab keluarga merupakan elemen dasar penopang bangunan sebuah masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat akan kuat dan kokoh apabila ditopang sendi-sendi yang juga kokoh. Dan kekokohan itu tidak mungkin tercapai kecuali lewat penumbuhan institusi-institusi keluarga yang bersih.

Pasal kewajiban menikah adalah merupakan sunah Nabi SAW yang harus ditaati setiap Muslim, tidak akan kita bahas lebih jauh di sini. Begitu pun soal pernikahan merupakan aktualisasi keimanan atau aqidah seseorang terhadap Tuhannya, juga tidak akan kita perpanjang dalam tulisan ini. Sehingga dia menjadi alasan mendasar Islam, kenapa pernikahan hanya sah jika dilakukan oleh pasangan manusia yang memiliki aqidah, manhaj (konsep) hidup, serta tujuan hidup yang sama. Yakni mencari keridhaan Allah 'Azza wa Jalla.

Ada sisi krusial lain dari pernikahan yang akan kita bahas lebih jauh. Yakni pernikahan dan kaitannya dengan peradaban manusia. Pasal ini yang mungkin jarang dicermati oleh kebanyakan masyarakat, termasuk masyarakat Islam.

Bahwa ada korelasi kuat antara keberadaan institusi pernikahan dengan potret masyarakat yang akan muncul (seperti telah disinggung sebelumnya), adalah tidak bisa kita pungkiri. Sebab indikasinya gampang sekali dilihat dan dirasakan. Masyarakat yang menghargai pernikahan, pasti mereka merupakan masyarakat yang beradab. Demikian sebaliknya.

Maka tatkala kita telusuri, apa penyebab masyarakat Barat menjadi masyarakat yang tumbuh liar tanpa nilai-nilai etika, moral, dan agama. Itu sangat mudah kita pahami. Lantaran mereka adalah masyarakat yang tidak memahami makna sakral pernikahan. Hasrat seksual menurut mereka, bisa mereka lampiaskan kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Sehingga tak ada kaitan antara kehormatan dan kesucian seseorang dengan pernikahan.

Dari sinilah awal munculnya masyarakat Barat yang tidak beradab. Mereka menjadi masyarakat pemuja syahwat, menawarkan budaya buka-bukaan aurat alias telanjang, memamerkan secara vulgar budaya hidup seatap tanpa menikah antara laki-laki dan wanita. Maka kasus-kasus perceraian kian tidak terhitung jumlahnya. Ribuan anak-anak lahir tanpa jelas nasabnya (garis keturunannya). Setelah besar, generasi tanpa bapak itu pun membentuk komunitas anak-anak jalanan yang selalu menimbulkan problem bagi masyarakat mereka sendiri. Dari situlah siklus budaya nista bermula.

Ironisnya, dalam masyarakat Islam pun mulai muncul sikap yang kurang apresiatif terhadap perintah menikah. Jika tidak sampai dikatakan enggan menikah, setidaknya ada gejala masyarakat Islam mulai bersikap mengulur-ulur waktu pernikahan. Padahal ini sangat berbahaya. Boleh jadi gaya hidup hedonis Barat yang sangat intens disuguhkan lewat bacaan dan film-film, telah menyebabkan perubahan pola pemikiran masyarakat Islam. Khususnya dalam menyikapi perintah menikah.

Inilah barangkali yang menyebabkan pasangan muda-mudi dalam masyarakat kita, lebih senang berlama-lama pacaran ketimbang memikirkan untuk serius membangun rumah tangga. Kalau pun di sana-sini marak acara-acara pesta pernikahan, itu mungkin tak lebih hanya sebuah basa-basi kultural. Semuanya terlepas dari ikatan nilai-nilai religius yang sakral. Sehingga kita sering menyaksikan pesta-pesta pernikahan, tak lebih hanya sebagai ajang pamer kemewahan dan bahkan pamer kemaksiatan. Sebab boleh jadi, sebelum pesta itu berlangsung mereka sudah menjalani praktek-praktek layaknya kehidupan suami-isteri. Astaghfirullah!

Kenapa Islam menggesa para pemuda untuk menikah, semakin jelas kita pahami. Bahwa di tengah maraknya budaya hedonisme yang menjangkiti dunia, sudah barang tentu institusi-institusi pernikahan kian dibutuhkan keberadaannya. Namun tentu saja bukan hanya memperbanyak lembaga-lembaga Rabbani itu saja yang kita perhatikan. Tapi yang lebih penting adalah, bagaimana rambu-rambu suci untuk mencapainya, bisa tetap kita jaga. Sehingga banyaknya lembaga-lembaga pernikahan berbanding lurus dengan tumbuh suburnya budaya kesadaran masyarakat untuk memelihara kesucian diri. Dari keluarga-keluarga yang bersih inilah, kelak akan lahir generasi yang kokoh.

Jika ini yang terjadi, dapat dipastikan janji Allah, bahwa masyarakat bisa makmur (kaya) dan kuat lewat jalur pernikahan, akan terbukti. Karena itu makin tertutup alasan bagi para pemuda-pemudi untuk tidak segera menikah, jika mereka nyata-nyata telah sanggup melaksanakannya. Dengan kata lain, sikap menunda-nunda untuk segera menikah di kalangan muda-mudi, memang sangat aneh.

"Aku heran dengan orang yang tidak mau mencari kekayaan dengan cara menikah. Padahal Allah berfirman : Jika mereka miskin, maka Allah akan membuat mereka kaya dengan KeutamaanNya," kata Umar bin Khattab RA.

Ayo, tunggu apa lagi? Jangan tunda-tunda pernikahan!*Mtks Kotasantri.com

Baca Selengkapnya..

Rabu, 04 Juli 2007

Alasan Menikah

Berikut ini adalah beberapa alasan ketika akan menikah diantaranya adalah:
1. Jangan menikah karena harta
Tidak ada gunanya hidup bergelimangan harta tanpa cinta. Harta dapat datang dan pergi setiap saat. "Cinta" yang sesat dan sesaat dapat diperoleh setiap saat, tapi cinta yang sejati tidak dapat dibeli dengan harta.

2. Jangan menikah karena perasaan asmara
Rasa tertarik, simpati, naksir, yang merupakan asmara yang sering disalahartikan sebagai cinta. Asmara itu bukan cinta. Asmara dapat cepat berubah oleh rupa, harta, tempat dan keadaan. Asmara itu buta, tidak tahan lama dan tidak tahan uji . Cinta perlu diuji dalam suka dan duka dengan mata terbuka.

3. Jangan menikah karena rupa saja
Kecantikan yang diluar memang indah, tapi dapat luntur termakan umur.Utamakanlah kecantikan yang di dalam.

4. Jangan menikah karena iba
Iba (rasa kasihan) memang baik dan harus ada dalam hidup kita, tapi tidak boleh menjadi dasar pernikahan. Kasihan dapat habis,tapi kasih tidak berkesudahan. Dasar pernikahan adalah kasih, bukan kasihan.

5. Jangan menikah untuk kepuasan sex saja
Memang sex suci dan penting dalam hubungan suami-istri, namun tidak boleh menjadi tujuan utama dari pernikahan. Sex hanyalah salah satu bagian dari pernikahan. Orang yang hanya mengejar kenikmatan sex akan kecewa dan terjerat oleh kesusahan yang diciptakannya sendiri.

6. Jangan menikah karena paksaan keluarga
Seorang anak harus berbakti kepada keluarga, namun tidak boleh menyerah dalam hal nikah, kalau mereka memang salah dan anda benar. Berdoalah dan berikanlah penjelasan kepada mereka, jangan dengan kekerasan.

7. Jangan menikah karena desakan usia
Bila semakin bertambahnya usia dan rekan-rekan sudah berpasangan, orang akan mulai gelisah (terutama pada wanita). Banyak orang akhimya asal tabrak dan sikat.Hindarilah tindakan tersebut. Sabarlah dan yakinilah bahwa Tuhan sudah menyediakan yang terbaik untuk anda. Jangan takut kehabisan jatah dan kadaluarsa.

8. Jangan menikah untuk membalas jasa
Orang yang telah berbuat baik perlu dibalas, tapi jangan dengan pernikahan.
Salah satu hal lain yang tidak boleh dilupakan, dan merupakan yang terpenting adalah Jangan Menikah tanpa Pengertian dan persiapan dengan tindakan yang nyata. Menikahlah menurut pola rencana Allah. Daripada salah dan mengundang derita, lebih Baik menunggu menikah. Jika tidak diteguhkan oleh Allah. Karena Allah yang menciptakan manusia sepasang-sepasang. Tanpa persetujuan Allah, tidak mungkin manusia dapat bersatu !*

Baca Selengkapnya..

Kamis, 14 Juni 2007

Internet atau Perantara, yang penting Islami !

Koran Arab melaporkan maraknya mencari jodoh lewat dunia maya. Sementara itu, Muslimah Barat justru bertahan melalui ’perantara”. Yang penting Islami!

Hidayatullah.com—Mencari jodoh yang baik dan tepat di jaman edan seperti ini memang kelewat susah. Sebagian orang lebih sering ”menerima jadi” alias dicarikan keluarga atau orangtua. Semarak dengan perkembangan dunia maya, sebagian mencari sendiri melalui internet. Contohnya di Arab Saudi.

Dalam setahun terakhir ini ratusan ribu bahkan mungkin jutaan pelanggan rutin membuka situs pencari jodoh sebagai sarana mencari pendamping hidup, meskipun pro-kontra nikah lewat alam maya itu masih tetap mencuat di masyarakat Arab.

"Saat ini sebanyak 260 ribu orang pelanggan kami di kalangan muda-mudi Arab yang 70 persen di antaranya berasal dari Saudi," kata Abdullah Al-Jauhar, seperti dikutip harian Arab, Al-Watan Selasa (12/6) lalu.

Pemilik dan pendiri situs "Zaujati" (istriku) yang didirikannya tujuh tahun lalu itu menambahkan, sebagian orang tua mendaftarkan anak gadisnya. "Kami menyebarkan informasi tentang setiap pasangan setelah mendapat izin dari yang bersangkutan," ujarnya.

Zaujati merupakan situs pencari jodoh pertama di Arab. Pada mulanya, sedikit sekali pelanggannya, karena saat itu mencari pasangan lewat alam maya belum menggejala seperti akhir-akhir ini, kata Al-Jauhar.

Saat ini terdapat ratusan situs serupa di dunia Arab yang memberi jaminan kepada langganannya akan kredibilitas informasi yang disiarkan. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan pasangan bahwa mencari jodoh lewat internet sebagai alternatif.

Untuk Saudi, setiap pelanggan dikenakan tarif yang berbeda-beda sesuai dengan jenis keanggotaannya. Tarif untuk pelanggan biasa sekitar 37 riyal (Rp88.000), pelanggan perak 50 riyal (Rp120 ribu) dan emas 100 riyal (Rp240 ribu) per bulan.

"Ide cari jodoh lewat internet adalah ide tepat yang dapat memberikan keleluasaan bagi muda mudi untuk mencari jodoh terutama di perkotaan yang berpenduduk padat," kata Mohamed Bin Fahd, seorang imam masjid di Khabar, Saudi.

Meskipun demikian, ia mengakui bahwa banyak juga situs serupa yang tidak serius melayani pelanggan alias hanya mencari keuntungan materi semata. "Bagi masyarakat Muslim perlu pelayanan seperti ini sesuai syariat," katanya lagi.

Untuk mengatasi kemungkinan permaian data pelanggan, biasanya pihak pengelola rutin melakukan pengawasan. "Kami tidak ingin situs seperti ini dianggap sebagai tempat yang tidak bermakna," kata Abdul Hay Abu Hasna, direktur situs www.zawaj.com yang memiliki 900 ribu pelanggan. Zawaj berarti pernikahan.

Pro-kontra

Meskipun demikian, pro-kontra cari jodoh lewat alam maya itu masih tetap mencuat belakangan ini. "Kredibilitasnya masih diragukan karena terkesan pengelolanya hanya ingin mencari keuntungan materi," kata Sarah Mohamed, seorang mahasiswi.

"Masih banyak kekuarangan bila mencari jodoh lewat internet. Data-data yang ada belum tentu benar sehingga banyak yang malas mencobanya," kata Umm Fajr, seorang ibu rumah tangga.

Abu Hasna meminta kepada mereka yang tidak setuju perjodohan lewat internet untuk melihat hasilnya terlebih dahulu. "Umumnya mereka yang masih kontra disebabkan tidak mengetahui secara rinci prosedur perjodohan lewat alam maya," kata pengelola situs Zawaj itu.

Sebagian lainnya setuju dengan situs tersebut, tapi dengan syarat seperti yang dikemukakan pemuda Bandar Al-Dakhil. "Cara ini bagus untuk mengurangi angka perawan tua dengan syarat keluarganya mengetahui dengan pasti perkembangan data calon pelamar anaknya," katanya.

Imam masjid, Mohamed Bin Fahd, mengingatkan bahwa internet adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan ekonomi dan sosial budaya. "Pelayanan jodoh lewat sarana ini juga merupakan kebutuhan asalkan dilaksanakan secara Islami," katanya.

Terlepas dari pro-kontra nikah lewat alam maya itu, yang jelas masyarakat Arab sudah mulai ramai mencoba alternatif ini, minimal untuk "mendobrak" tradisi perjodohan melalui keluarga selama ini.

Tanpa Kencan

Lain Arab lain di Amerika. Baru-baru lalu, sebuah Koran Amerika awal tahun lalu memberitakan, di komunitas Muslim AS masih bertahan tradisi perjodohan. Menurut mereka, tradisi perjodohan ini digunakan untuk mengenal lawan-jenis yang sedang ingin menikah guna mengganti budaya “kencan” yang kini menggejala di masyarakat.

Karena itu, komunitas Islam di Amerika rajin menggelar forum pertemuan guna saling mengenalkan putra-putri mereka yang ingin mencari jodoh.

“Saya ibunya jadi sudah pasti saya mencarikannya jodoh,” kata Nyonya Samia Abbas (59), yang ikut dalam forum ’perjodohan” guna mencari jodoh yang tepat untuk putrinya, Alia. Alia adalah seorang manajer teknologi untuk sebuah perusahaan yang berbasis di New York.

Banyak Muslim Amerika, atau setidaknya mereka yang tetap menjaga tradisi Islam menyamakan segala hal yang berkaitan dengan “pacaran” dengan siksa neraka, tak peduli meskipun kencan (masa pacaran) mereka sangat singkat.

Oleh karena itu pembahasan mengenai kencan kilat dalam konferensi Muslim tahunan di Amerika Utara adalah yang paling ramai dibicarakan. Untuk lebih memperhalus, nama pembahasan itu diganti dengan “perjamuan” yang berkaitan dengan nikah.

“Anak-anak ini tumbuh di Amerika, dimana norma sosial di sana membolehkan berhubungan seks sebelum menikah,” kata Imam Muhamed Magid dari Adams Center, yang merupakan kumpulan dari 7 masjid di Virginia dalam sebuah wawancara. “Jadi anak-anak ini terjebak diantara konsep ideal orangtua mereka dan keterbukaan budaya terhadap persoalan seks.”

“Di AS kita dapat bermain dengan kata-kata sesuai keinginan kita, namun kita tidak ingin keluar dari lepas dari nilai-nilai budaya kita,” kata Nyonya Qadri, seorang professor di bidang pendidikan, sebagaimana dikutip The New York Times.

Bagaimanapun juga, fenomena ‘perjodohan’ sebelum menikah tidak diragukan lagi menjadi salah satu tema yang mendapat perhatian besar dalam pertemuan tahunan Islamic Society di Amerika Utara beberapa saat lalu. Bahkan menarik perhatian ratusan Muslim untuk pergi ke Chicago saat libur Hari Buruh. www.hidayatullah.com
Baca Selengkapnya..

Jumat, 08 Juni 2007

Keluarga Kunci Kesuksesan

Seringkali kita dengar orang-orang yang membangun
karir bertahun-tahun akhirnya terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan di kantornya tapi dilumuri aib oleh anak-anaknya sendiri, ada yang cemerlang karirnya di perusahaan tapi akhirnya pudar oleh perilaku istrinya dan anaknya. Ada juga yang populer di kalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan keluarganya. Ada yang disegani dan dihormati di lingkungannya tapi oleh anak istrinya sendiri malah dicaci, sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk menata strategi yang tepat, guna meraih kesuksesan yang benar-benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan kita semu. Merasa sukses padahal gagal, merasa mulia padahal hina, merasa terpuji padahal buruk, merasa cerdas padahal bodoh, ini tertipu!

Penyebab kegagalan seseorang diantaranya :


A. Karena dia tidak pernah punya waktu yang memadai
untuk mengoreksi dirinya. Sebagian orang terlalu sibuk dengan kantor, urusan luar dari dirinya akibatnya dia kehilangan fondasi yang kokoh. Karena orang tidak bersungguh-sungguh menjadikan keluarga sebagai basis yang penting untuk kesuksesan.

B. Sebagian orang hanya mengurus keluarga dengan sisa waktu, sisa pikiran, sisa tenaga, sisa perhatian, sisa perasaan, akibatnya seperti bom waktu. Walaupun uang banyak tetapi miskin hatinya. Walaupun kedudukan tinggi tapi rendah keadaan keluarganya.

Oleh karena itulah, jikalau kita ingin sukses, mutlak bagi kita untuk sangat serius membangun keluarga sebagai basis (base), Kita harus jadikan keluarga kita menjadi basis ketentraman jiwa. Bapak pulang kantor begitu lelahnya harus rindu rumahnya menjadi oase ketenangan. Anak pulang dari sekolah harus merindukan suasana aman di rumah. Istri demikian juga. Jadikan rumah kita menjadi oase ketenangan, ketentraman, kenyamanan sehingga bapak, ibu dan anak sama-sama senang dan betah tinggal dirumah.
Agar rumah kita menjadi sumber ketenangan, maka perlu diupayakan:

1. Jadikan rumah kita sebagai rumah yang selalu dekat dengan Allah SWT, dimana di dalamnya penuh dengan aktivitas ibadah; sholat, tilawah qur'an dan terus menerus digunakan untuk memuliakan agama Allah, dengan kekuatan iman, ibadah dan amal sholeh yang baik, maka rumah tersebut dijamin akan menjadi sumber ketenangan.

2. Seisi rumah Bapak, Ibu dan anak harus punya kesepakatan untuk mengelola perilakunya, sehingga bisa menahan diri agar anggota keluarga lainnya merasa aman dan tidak terancam tinggal di dalam rumah itu, harus ada kesepakatan diantara anggota keluarga bagaimana rumah itu tidak sampai menjadi sebuah neraka.

3. Rumah kita harus menjadi "Rumah Ilmu" Bapak, Ibu dan anak setelah keluar rumah, lalu pulang membawa ilmu dan pengalaman dari luar, masuk kerumah berdiskusi dalam forum keluarga; saling bertukar pengalaman, saling memberi ilmu, saling melengkapi sehingga menjadi sinergi ilmu. Ketika keluar lagi dari rumah terjadi peningkatan kelimuan, wawasan dan cara berpikir akibat masukan yang dikumpulkan dari luar oleh semua anggota keluarga, di dalam rumah diolah, keluar rumah jadi makin lengkap.

4. Rumah harus menjadi "Rumah pembersih diri" karena tidak ada orang yang paling aman mengoreksi diri kita tanpa resiko kecuali anggota keluarga kita. Kalau kita dikoreksi di luar resikonya terpermalukan, aib tersebarkan tapi kalau dikoreksi oleh istri, anak dan suami mereka masih bertalian darah, mereka akan menjadi pakaian satu sama lain. Oleh karena itu,barangsiapa yang ingin terus menjadi orang yang berkualitas, rumah harus kita sepakati menjadi rumah yang saling membersihkan seluruh anggota keluarga. Keluar banyak kesalahan dan kekurangan, masuk kerumah saling mengoreksi satu sama lain sehingga keluar dari rumah, kita bisa mengetahui kekurangan kita tanpa harus terluka dan tercoreng
karena keluarga yang mengoreksinya.

5. Rumah kita harus menjadi sentra kaderisasi sehingga Bapak-Ibu mencari nafkah, ilmu, pengalaman wawasan untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak kita sehingga kualitas anak atau orang lain yang berada dirumah kita, baik anak kandung, anak pungut atau orang yang bantu-bantu di rumah, siapa saja akan meningkatkan kualitasnya. Ketika kita mati, maka kita telah melahirkan generasi yang lebih baik.

Tenaga, waktu dan pikiran kita pompa untuk melahirkan generasi-generasi yang lebih bermutu, kelak lahirlah kader-kader pemimpin yang lebih baik. Inilah sebuah rumah tangga yang tanggung jawabnya tidak hanya pada rumah tangganya tapi pada generasi sesudahnya serta bagi lingkungannya.*E-book MQ
Baca Selengkapnya..

Senin, 28 Mei 2007

Modul Home Schooling Usia 0 - 2 Tahun

Program Kegiatan Rutin Umum:
1. Selalu tatap si kecil dengan pandangan sayang dan penuh cinta.
2. Banyaklah berbicara dengan si kecil, walaupun ia belum bisa (tergantungt usia
anak) memberikan balasan dengan kata-kata.
3. Belai anak dengan sayang misalnya saat menyusui atau menjelang tidur untuk
menumbuhkan rasa aman.
4. Berikan makanan bergizi, Asi eksklusif dengan sepenuh hati (tidak dengan disambi
pekerjaan lain).
5. Pada saat melakukan kegiatan bersama anak (misal:makan, mandi, bermain dll),
selalu libatkan perasaan anda dgn hati senang.
6. Manfaatkan selalu saat saat anak sedang berminat untuk bermain dan mempelajari
sesuatu.
7. Rangsanglah anak untuk belajar mengucapkan kata sebanyak banyaknya. Mulailah
dengan kata kata yang sedang menjadi tema dalam program ini. Misal: Air, Udara,
Angin, Minum, Haus, dsb.
8. Perkenalkan dengan benda benda yang dilihat, sebanyak mungkin.
9. Perhatikan jam tidur anak. Pastikan anak memperoleh istirahat yg cukup dan
nyenyak. Jangan biarkan anak begadang mis karena menunggu abinya.
10. Bacakan buku buku anak sesering mungkin, dengan tetap memperhatikan minat anak.
11. Latihlah fisik anak agar tumbuh kuat , segar dan sehat. Bila cuaca memungkinkan,
sesering mungkin ajaklah anak bermain diluar dan menggunakan fisik misalnya
berlari lari dikoen, main panjat panjat, perosotan, dsb. Bila udara terlalu
dingin, ajaklah anak melakukan kegiatan dirumah yang bisa melatih fisik. Misalnya
main panjat panjat (bila memungkinkan sediakan fasilitas ini) atau berlompat
lompat di matras atau kasur tebal.
12. Biasakan hidup sehat pada anak. Mandi sehari 2x (tgt musim dan kondisi tubuh
anak).
13. Usahakan rumah selalu dalam keadaan bersih. Ini bisa melatih anak kebiasaan
hidup bersih.
14. Ajarkan pada anak hal hal yang berbahaya yang ada disekeliling rumah. Misalnya
jangan main pisau, jangan putar putar tombol kompor gas, dsb.
15. Ajaklah anak untuk memulai kegiatan dengan membaca basmalah ( misal : mau makan,
minum , mandi,memakai baju dsb)
16. Ajaklah anak untuk mencuci tangannya terlebih dahulu ketika akan makan
17. mengajak anak untuk belajar disiplin melalui tata cara makan yang sudah terpola
waktunya. Misalnya, ketika didudukkan di kursi makannya atau dipasangkan celemek
makannya, ia sudah tahu kalau “upacara” makan sudah tiba. Atau, ketika mencium
harumnya aroma makanan yang sedang Anda siapkan, ia harus sabar menunggu.
18. Terus mengajak anak berbicara ketika mempersiapkan makanan atau ketika duduk
dihadapannya, untuk menanamkan bahwa kita sangat menyayanginya.
19. Ajaklah anak makan dengan suasana yang menyenangkan (misalnya dengan selalu
memberikannya senyum dan pujian)
20. Jika anak sulit untuk makan, jangan paksa terus menyuapinya. Suasana makan yang
tidak menyenangkan bisa-bisa berbuntut panjang. Nantinya, dia malah jadi “jagoan”
sulit makan.
Kalau anak kelihatannya menolak makanan yang kita sodorkan, ajak bicara dan
“tariklah” perhatiannya melalui cerita, mainan, dan gambar yang bisa menggugah
selera makannya.
21. Kenalkan kepada anak alat-alat yang biasa dipakainya untuk makan dan minum (misal
: sendok, piring dan gelas)
ini bisa dilakukkan ketika anak makan atau minum, ataupun ketika sedang
bermain-main dengannya, dengan diiringi atau diselingi nyanyian yang dikuasai
orang tua
22. Ajaklah anak untuk mengakhiri kegiatan dengan membaca Hamdalah mengajak anak
untuk membiasakan mencuci tangan setelah makan
23. Biasakanlah memperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an baik melalui media audio
atau suara ibu.
24. Biasakanlah ibu menyebut asma Allah dan kalimat dzikir, seperti :
“subhanallah, indahnya bunga itu”
“Alhamdulillah, adek sudah kenyang minum susunya.”
“Subhanallah, anak bunda sudah bisa berdiri sendiri.”
“Innalillahi, airnya tumpah.”dsb.

BELAJAR BERKOMUNIKASI
Petunjuk bagi orang tua dalam melakukan kegiatan ini :
1. Berilah anak-anak lingkungan yang dapat merangsang kemampuan bahasa lewat kegiatan bermain.
2. Berilah perhatian pada ucapan-ucapannya dan menunjukkan minat yang tulus terhadap maksud ucapannya.
3. Bersabarlah untuk tetap menatap dan menjadi pendengar yang baik bagi anak, karena mereka perlu berlatih menyusun pikiran-pikiran mereka kemudian mengekspresikannya secara efektif. Bantulah bila di rasa anak mengalami kesulitan dalam mengucapkannya.

DENGARKAN KATA-KATANYA !
Waktu : 5-10 menit
Bahan : Tidak ada
Jika Anda berbicara dengan bahasa bayi saat berkomunikasi dengan si kecil, kata-kata yang muncul dari mulutnya pada saat ia berusia enam bulan, biasanya terdiri suku kata berulang yang sederhana, seperti mama, papa, atau dada. Ulangi kata-katanya untuk menunjukkan bahwa Anda mendengarkannya dan tertarik pada ucapannya.
Variasi :
Ulangi kata-katanya dan kemudian gunakan kata yang tepat dalam sebuah kalimat, seperti,’Adik ingin bermain bersama papa? Atau “Kamu ingin minum susu?”

KOTAK BERBICARA
Waktu : 5-10 menit
Bahan : Kotak kecil yang bisa di genggam
Kegiatan ini akan menarik minat bayi anda. Duduklah berdekatan dengan si kecil. Lalu, letakkan kotak ke mulut Anda dan berbicaralah seperti di telepon. Berbicaralah dengan bayi Anda. Dia akan tertarik karena suara Anda akan terdengar sedikit bergema ditelinganya.
Variasi :
• Gunakan kotak berbagai ukuran dan keluarkan suara yang berbeda-beda.
• Letakkan kotak ke mulut si kecil dan ajak dia menggumam.
• Gunakan dua buah kotak dan ajaklah si kecil untuk balik berbicara kepada Anda.
• Telephon mainan adalah pilihan yang paling tepat untuk bayi yang sedang senang mengekspresikan dengan suara.

LEBAH BERDENGUNG
Waktu : 5-10 Menit
Bahan : Tidak ada
Komunikasi bisa terasa menyenangkan jika dilakukan dengan cara yang menghibur. Pangku si kecil, lalu gerakan jari2 Anda ke udara dan tirukan dengungan lebah. Lalu, sambil tetap mengeluarkan dengungan, turunkan jari Anda dena gelitik perutnya. Ulangi selam si kecil masih berminat pada aktivitas itu.
Variasi :
• Buat ‘si lebah’ tiba-tiba berhenti berdengung dan kemudian berdengung lagi.
• Pada waktu si kecil makan, berpura-puralah “si lebah” juga ikut makan makanannya.
• Ciptakan suara-suara lain saat Anda mendekatkan si kecil ke wajah Anda.

BELAJAR BERTEMAN
Petunjuk bagi orang tua dalam melakukan kegiatan ini :
1. Buatlah suasana lingkungan terasa aman bagi bayi Anda, pada saat ada banyak orang baru bagi bayi anda. Awalnya peluklah dia, kendalikan suara anda (jangan terlalu keras), tampilkan raut muka yang menyenangkan.
2. Banyaklah menerangkan dan menyebut nama-nama orang yang hadir di suatu pertemuan itu pada anak anda.
3. Bersikaplah rileks, tidak kaku, dan buatlah diri Anda nyaman. Hal ini akan terasa oleh bayi Anda saat berada di tempat pertemuan.

UCAPKAN SALAM
Ucapkanlah salam ketika hadir dan akan meninggalkan pertemuan, ajaklah si kecil mengucapkannya atau memperhatikan ucapan Anda.
Rasulullah saw. sering mengunjungi kaum Anshar, lalu Beliau mengucapkan salam kepada anak-anak mereka serta mengusap kepala mereka dan mendoakan kebaikan buat mereka.” (HR Ibnu Hibban).

MENGHADIRI PERTEMUAN
Ajaklah si kecil ke pertemuan-pertemuan dan ajaklah ia berkenalan dengan anak-anak kecil yang ada di sana. Mungkin awalnya ada yang menangis karena merasa banyak orang baru di situ, tapi tenangkanlah ia dengan memeluknya, dan memberi kata-kata yang menenangkan. Jangan sebut si kecil dengan kata-kata yang memojokkan, seperti : “ Duh, pemalu sekali yah anak bunda”

BERMAIN MAINAN BERSAMA
Ajaklah beberapa anak kecil yang usianya tidak jauh berbeda dengan si kecil. Lalu sediakan beberapa mainan buat mereka. Buatlah permainan peran, ada pinjam meminjam, ada saling bertelepon, memainkan mainan bersama, dll. Bila terjadi pertengkaran, tenangkan si kecil dengan memeluknya, jangan menggunakan kata-kata keras, setelah agak tenang, beri tahu si kecil kalau mainannya boleh dipinjamkan atau tidak, atau alihkan perhatian dia pada mainan lain.** Forum silaturahim Muslimah(fahima dot org)
Baca Selengkapnya..

Kamis, 05 April 2007

Merokok Mengurangi Peluang Keturunan Anak Lelaki

Peringatan untuk para perokok! Sebuah penelitian terbaru tentang efek merokok menunjukkan, perokok berpeluang kecil memiliki anak laki-laki

Penelitian terbaru menyimpulkan bahwa suami-isteri yang merokok ketika janin baru terbentuk, mengurangi sampai 50 persen peluang untuk memperoleh bayi lelaki.

Kajian terhadap 9-ribu kehamilan di Inggris menyimpulkan bahwa merokok bukan saja mengurangi peluang memperoleh anak lelaki, melainkan juga dapat menggagalkan janin lelaki bertahan dalam rahim, dan gugur.

Temuan ini dianggap punya arti khusus bagi negara-negara seperti Cina dan India, yang begitu mengutamakan anak lelaki, sementara kebiasaan merokok begitu luas. Hidayatullah.com
Baca Selengkapnya..