Jendela Keluarga

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Selamat Datang Di Blog Seuntai Kenangan

Kamis, 14 Juni 2007

Internet atau Perantara, yang penting Islami !

Koran Arab melaporkan maraknya mencari jodoh lewat dunia maya. Sementara itu, Muslimah Barat justru bertahan melalui ’perantara”. Yang penting Islami!

Hidayatullah.com—Mencari jodoh yang baik dan tepat di jaman edan seperti ini memang kelewat susah. Sebagian orang lebih sering ”menerima jadi” alias dicarikan keluarga atau orangtua. Semarak dengan perkembangan dunia maya, sebagian mencari sendiri melalui internet. Contohnya di Arab Saudi.

Dalam setahun terakhir ini ratusan ribu bahkan mungkin jutaan pelanggan rutin membuka situs pencari jodoh sebagai sarana mencari pendamping hidup, meskipun pro-kontra nikah lewat alam maya itu masih tetap mencuat di masyarakat Arab.

"Saat ini sebanyak 260 ribu orang pelanggan kami di kalangan muda-mudi Arab yang 70 persen di antaranya berasal dari Saudi," kata Abdullah Al-Jauhar, seperti dikutip harian Arab, Al-Watan Selasa (12/6) lalu.

Pemilik dan pendiri situs "Zaujati" (istriku) yang didirikannya tujuh tahun lalu itu menambahkan, sebagian orang tua mendaftarkan anak gadisnya. "Kami menyebarkan informasi tentang setiap pasangan setelah mendapat izin dari yang bersangkutan," ujarnya.

Zaujati merupakan situs pencari jodoh pertama di Arab. Pada mulanya, sedikit sekali pelanggannya, karena saat itu mencari pasangan lewat alam maya belum menggejala seperti akhir-akhir ini, kata Al-Jauhar.

Saat ini terdapat ratusan situs serupa di dunia Arab yang memberi jaminan kepada langganannya akan kredibilitas informasi yang disiarkan. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan pasangan bahwa mencari jodoh lewat internet sebagai alternatif.

Untuk Saudi, setiap pelanggan dikenakan tarif yang berbeda-beda sesuai dengan jenis keanggotaannya. Tarif untuk pelanggan biasa sekitar 37 riyal (Rp88.000), pelanggan perak 50 riyal (Rp120 ribu) dan emas 100 riyal (Rp240 ribu) per bulan.

"Ide cari jodoh lewat internet adalah ide tepat yang dapat memberikan keleluasaan bagi muda mudi untuk mencari jodoh terutama di perkotaan yang berpenduduk padat," kata Mohamed Bin Fahd, seorang imam masjid di Khabar, Saudi.

Meskipun demikian, ia mengakui bahwa banyak juga situs serupa yang tidak serius melayani pelanggan alias hanya mencari keuntungan materi semata. "Bagi masyarakat Muslim perlu pelayanan seperti ini sesuai syariat," katanya lagi.

Untuk mengatasi kemungkinan permaian data pelanggan, biasanya pihak pengelola rutin melakukan pengawasan. "Kami tidak ingin situs seperti ini dianggap sebagai tempat yang tidak bermakna," kata Abdul Hay Abu Hasna, direktur situs www.zawaj.com yang memiliki 900 ribu pelanggan. Zawaj berarti pernikahan.

Pro-kontra

Meskipun demikian, pro-kontra cari jodoh lewat alam maya itu masih tetap mencuat belakangan ini. "Kredibilitasnya masih diragukan karena terkesan pengelolanya hanya ingin mencari keuntungan materi," kata Sarah Mohamed, seorang mahasiswi.

"Masih banyak kekuarangan bila mencari jodoh lewat internet. Data-data yang ada belum tentu benar sehingga banyak yang malas mencobanya," kata Umm Fajr, seorang ibu rumah tangga.

Abu Hasna meminta kepada mereka yang tidak setuju perjodohan lewat internet untuk melihat hasilnya terlebih dahulu. "Umumnya mereka yang masih kontra disebabkan tidak mengetahui secara rinci prosedur perjodohan lewat alam maya," kata pengelola situs Zawaj itu.

Sebagian lainnya setuju dengan situs tersebut, tapi dengan syarat seperti yang dikemukakan pemuda Bandar Al-Dakhil. "Cara ini bagus untuk mengurangi angka perawan tua dengan syarat keluarganya mengetahui dengan pasti perkembangan data calon pelamar anaknya," katanya.

Imam masjid, Mohamed Bin Fahd, mengingatkan bahwa internet adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan ekonomi dan sosial budaya. "Pelayanan jodoh lewat sarana ini juga merupakan kebutuhan asalkan dilaksanakan secara Islami," katanya.

Terlepas dari pro-kontra nikah lewat alam maya itu, yang jelas masyarakat Arab sudah mulai ramai mencoba alternatif ini, minimal untuk "mendobrak" tradisi perjodohan melalui keluarga selama ini.

Tanpa Kencan

Lain Arab lain di Amerika. Baru-baru lalu, sebuah Koran Amerika awal tahun lalu memberitakan, di komunitas Muslim AS masih bertahan tradisi perjodohan. Menurut mereka, tradisi perjodohan ini digunakan untuk mengenal lawan-jenis yang sedang ingin menikah guna mengganti budaya “kencan” yang kini menggejala di masyarakat.

Karena itu, komunitas Islam di Amerika rajin menggelar forum pertemuan guna saling mengenalkan putra-putri mereka yang ingin mencari jodoh.

“Saya ibunya jadi sudah pasti saya mencarikannya jodoh,” kata Nyonya Samia Abbas (59), yang ikut dalam forum ’perjodohan” guna mencari jodoh yang tepat untuk putrinya, Alia. Alia adalah seorang manajer teknologi untuk sebuah perusahaan yang berbasis di New York.

Banyak Muslim Amerika, atau setidaknya mereka yang tetap menjaga tradisi Islam menyamakan segala hal yang berkaitan dengan “pacaran” dengan siksa neraka, tak peduli meskipun kencan (masa pacaran) mereka sangat singkat.

Oleh karena itu pembahasan mengenai kencan kilat dalam konferensi Muslim tahunan di Amerika Utara adalah yang paling ramai dibicarakan. Untuk lebih memperhalus, nama pembahasan itu diganti dengan “perjamuan” yang berkaitan dengan nikah.

“Anak-anak ini tumbuh di Amerika, dimana norma sosial di sana membolehkan berhubungan seks sebelum menikah,” kata Imam Muhamed Magid dari Adams Center, yang merupakan kumpulan dari 7 masjid di Virginia dalam sebuah wawancara. “Jadi anak-anak ini terjebak diantara konsep ideal orangtua mereka dan keterbukaan budaya terhadap persoalan seks.”

“Di AS kita dapat bermain dengan kata-kata sesuai keinginan kita, namun kita tidak ingin keluar dari lepas dari nilai-nilai budaya kita,” kata Nyonya Qadri, seorang professor di bidang pendidikan, sebagaimana dikutip The New York Times.

Bagaimanapun juga, fenomena ‘perjodohan’ sebelum menikah tidak diragukan lagi menjadi salah satu tema yang mendapat perhatian besar dalam pertemuan tahunan Islamic Society di Amerika Utara beberapa saat lalu. Bahkan menarik perhatian ratusan Muslim untuk pergi ke Chicago saat libur Hari Buruh. www.hidayatullah.com
Baca Selengkapnya..

Jumat, 08 Juni 2007

Keluarga Kunci Kesuksesan

Seringkali kita dengar orang-orang yang membangun
karir bertahun-tahun akhirnya terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan di kantornya tapi dilumuri aib oleh anak-anaknya sendiri, ada yang cemerlang karirnya di perusahaan tapi akhirnya pudar oleh perilaku istrinya dan anaknya. Ada juga yang populer di kalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan keluarganya. Ada yang disegani dan dihormati di lingkungannya tapi oleh anak istrinya sendiri malah dicaci, sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk menata strategi yang tepat, guna meraih kesuksesan yang benar-benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan kita semu. Merasa sukses padahal gagal, merasa mulia padahal hina, merasa terpuji padahal buruk, merasa cerdas padahal bodoh, ini tertipu!

Penyebab kegagalan seseorang diantaranya :


A. Karena dia tidak pernah punya waktu yang memadai
untuk mengoreksi dirinya. Sebagian orang terlalu sibuk dengan kantor, urusan luar dari dirinya akibatnya dia kehilangan fondasi yang kokoh. Karena orang tidak bersungguh-sungguh menjadikan keluarga sebagai basis yang penting untuk kesuksesan.

B. Sebagian orang hanya mengurus keluarga dengan sisa waktu, sisa pikiran, sisa tenaga, sisa perhatian, sisa perasaan, akibatnya seperti bom waktu. Walaupun uang banyak tetapi miskin hatinya. Walaupun kedudukan tinggi tapi rendah keadaan keluarganya.

Oleh karena itulah, jikalau kita ingin sukses, mutlak bagi kita untuk sangat serius membangun keluarga sebagai basis (base), Kita harus jadikan keluarga kita menjadi basis ketentraman jiwa. Bapak pulang kantor begitu lelahnya harus rindu rumahnya menjadi oase ketenangan. Anak pulang dari sekolah harus merindukan suasana aman di rumah. Istri demikian juga. Jadikan rumah kita menjadi oase ketenangan, ketentraman, kenyamanan sehingga bapak, ibu dan anak sama-sama senang dan betah tinggal dirumah.
Agar rumah kita menjadi sumber ketenangan, maka perlu diupayakan:

1. Jadikan rumah kita sebagai rumah yang selalu dekat dengan Allah SWT, dimana di dalamnya penuh dengan aktivitas ibadah; sholat, tilawah qur'an dan terus menerus digunakan untuk memuliakan agama Allah, dengan kekuatan iman, ibadah dan amal sholeh yang baik, maka rumah tersebut dijamin akan menjadi sumber ketenangan.

2. Seisi rumah Bapak, Ibu dan anak harus punya kesepakatan untuk mengelola perilakunya, sehingga bisa menahan diri agar anggota keluarga lainnya merasa aman dan tidak terancam tinggal di dalam rumah itu, harus ada kesepakatan diantara anggota keluarga bagaimana rumah itu tidak sampai menjadi sebuah neraka.

3. Rumah kita harus menjadi "Rumah Ilmu" Bapak, Ibu dan anak setelah keluar rumah, lalu pulang membawa ilmu dan pengalaman dari luar, masuk kerumah berdiskusi dalam forum keluarga; saling bertukar pengalaman, saling memberi ilmu, saling melengkapi sehingga menjadi sinergi ilmu. Ketika keluar lagi dari rumah terjadi peningkatan kelimuan, wawasan dan cara berpikir akibat masukan yang dikumpulkan dari luar oleh semua anggota keluarga, di dalam rumah diolah, keluar rumah jadi makin lengkap.

4. Rumah harus menjadi "Rumah pembersih diri" karena tidak ada orang yang paling aman mengoreksi diri kita tanpa resiko kecuali anggota keluarga kita. Kalau kita dikoreksi di luar resikonya terpermalukan, aib tersebarkan tapi kalau dikoreksi oleh istri, anak dan suami mereka masih bertalian darah, mereka akan menjadi pakaian satu sama lain. Oleh karena itu,barangsiapa yang ingin terus menjadi orang yang berkualitas, rumah harus kita sepakati menjadi rumah yang saling membersihkan seluruh anggota keluarga. Keluar banyak kesalahan dan kekurangan, masuk kerumah saling mengoreksi satu sama lain sehingga keluar dari rumah, kita bisa mengetahui kekurangan kita tanpa harus terluka dan tercoreng
karena keluarga yang mengoreksinya.

5. Rumah kita harus menjadi sentra kaderisasi sehingga Bapak-Ibu mencari nafkah, ilmu, pengalaman wawasan untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak kita sehingga kualitas anak atau orang lain yang berada dirumah kita, baik anak kandung, anak pungut atau orang yang bantu-bantu di rumah, siapa saja akan meningkatkan kualitasnya. Ketika kita mati, maka kita telah melahirkan generasi yang lebih baik.

Tenaga, waktu dan pikiran kita pompa untuk melahirkan generasi-generasi yang lebih bermutu, kelak lahirlah kader-kader pemimpin yang lebih baik. Inilah sebuah rumah tangga yang tanggung jawabnya tidak hanya pada rumah tangganya tapi pada generasi sesudahnya serta bagi lingkungannya.*E-book MQ
Baca Selengkapnya..