Jendela Keluarga

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Selamat Datang Di Blog Seuntai Kenangan

Rabu, 26 September 2007

Membiasakan Anak Hidup Bersama Al-Qur'an

Oleh: Zulia Ilmawati (Psikolog, Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga)

Setiap orangtua pasti menginginkan buah hatinya menjadi anak yang shalih dan shalihah. Anak shalih shalihah merupakan harta yang paling berharga bagi orangtua. Untuk mendapatkan semua itu, tentu harus ada upaya keras dari orangtua dalam mendidik anak. Salah satu yang wajib diajarkan kepada anak adalahsegala hal tentang al-Quran karena ia adalah pedoman hidup manusia. Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya): "Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu; mencintai ahlul baitnya; dan membaca al-quran karena orang-orang yang memelihara Al-Quran itu berada dalam lindungan singasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya; mereka beserta para nabiNya dan orang-orang suci." (HR ath Thabrani).

Allah SWT berfirman:"Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberikan khabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar." (QS Al-Isra�[17]:9)

Sejak kapan al-Quran sebaiknya diajarkan pada anak? Tentu sedini mungkin. Semakin dini semakin baik.

Akan sangat bagus jika sejak anak dalam kandungan seolah-olah calon anak kita itu sudah terbiasa� hidup bersama� al-Quran; yakni ketika sang ibu yang mengandungnya, rajin membaca al-Quran.

7M Agar Anak Selalu Hidup Bersama al-Quran

1. Mengenalkan.

Saat yang paling tepat mengenalkan alQuran adalah ketika anak sudah mulai tertarik dengan buku. Sayang, banyak orangtua yang lebih suka menyimpan al-Quran di rak lemari paling atas. Sesekali perlihatkanlah al-Quran kepada anak sebelum mereka mengenal buku buku lain, apalagi buku dengan gambar-gambar yang lebih menarik.

Mengenalkan al-Quran juga bisa dilakukan dengan mengenalkan terlebih dulu huruf-huruf hijaiyah; bukan mengajarinya membaca, tetapi sekadar memperlihatkannya sebelum anak mengenal A, B, C. D.

Tempelkan gambar-gambar tersebut ditempat yang sering dilihat anak;

lengkapi dengan gambar dan warna yang menarik. Dengan sering melihat, anak akan terpancing untuk bertanya lebih lanjut. Saat itulah kita boleh memperkenalkan huruf-huruf al-Quran.

2. Memperdengarkan.

Memperdengarkan ayat-ayat al-Quran bisa dilakukan secara langsung atau dengan memutar kaset atau CD.

Kalau ada teori yang mengatakan bahwa mendengarkan musik klasik pada janin dalam kandungan akan meningkatkan kecerdasan, insya Allah memperdengarkan al-Quran akan jauh lebih baik pengaruhnya bagi bayi.

Apalagi jika ibunya yang membacanya sendiri. Ketika membaca alQuran, suasana hati dan pikiran ibu akan menjadi lebih khusyuk dari tenang. Kondisi seperti ini akan sangat membantu perkembangan psikologis janin yang ada dalam kandungan.

Pasalnya, secara teoretis kondisi psikologis ibu tentu akan sangat berpengaruh pada perkembangan bayi, khususnya perkembangan psikologisnya. Kondisi stres pada Ibu tentu akan berpengaruh buruk pada kandungannya.

Memperdengarkan al-Qurari bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja; juga tidak mengenal batas usia anak. Untuk anak-anak yang belum bisa berbicara, insya Allah lantunan ayat al-Quran itu akan terekam dalam memorinya. Jangan aneh kalau tiba-tiba si kecil lancar melafalkan surat al-Fatihah, misalnya, begitu dia bisa berbicara.

Untuk anak yang lebih besar, memperdengarkan ayat-ayat alQuran (surat-surat pendek) kepadanya terbukti memudahkan sang anak menghapalkannya.

3. Menghapalkan.

Menghapalkan al-Quran bisa dimulai sejak anak lancar berbicara. Mulailah dengan surat atau ayat yang pendek atau potongan ayat (misalnya fastabiq al-khayrat, hudan li an-nas, birr al-walidayn, dan sebagainya).

Menghapal bisa dilakukan dengan cara sering-sering membacakan ayat-ayat tersebut kepada anak. Lalu latihlah anak untuk menirukannya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai anak hapal di luar kepala.

Masa anak-anak adalah masa meniru dan memiliki daya ingat yang luar biasa.

Orangtua harus menggunakan kesempatan ini dengan baik jika tidak ingin menyesal kehilangan masa emas (golden age) pada anak.

Agar anak lebih mudah mengingat, ayat yang sedang dihapal anak bisa juga sering dibaca ketika ayah menjadi imam atau ketika naik mobil dalam perjalanan. Disamping anak tidak mudah lupa, hal itu juga sebagai upaya membiasakan diri untuk mengisi kesibukan dengan amalan yang bermanfaat. Nabi saw. bersabda:

Demi Zat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya hapalan Al-Qur�an itu lebih cepat lepasnya daripada seekor unta pada tambatannya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

4. Membaca.

Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitab Allah maka dia.akan mendapat satu kebaikan. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif-lam-mim adalah satu huruf. Akan tetapi, alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf. (HR at-Tirmidzi).

Sungguh luar biasa pahala dan kebaikan yang dijanjikan kepada siapa saja yang biasa membaca al-Quran. Bimbing dan doronglah anak agar terbiasa membaca al-Quran setiap hari walau cuma beberapa ayat. Orangtua penting memberikan contoh.

Jadikanlah membaca al-Quran, utamanya pada pagi hari usai shalat subuh atau usai shalat magrib, sebagai kegiatan rutin dalam keluarga. Ajaklah anak-anak yang belum bisa membaca untuk bersama-sama mendengarkan kakak-kakaknya yang sedang membaca al-Quran. Orangtua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kaidah-kaidah dan adab membaca al-Quran.

Untuk bisa membaca al-Quran, termasuk mengetahui kaidah-kaidahnya, sekarang ini tidaklah sulit. Telah banyak metode yang ditawarkan untuk bisa mudah dan cepat membaca. Ada metode Iqra, Qiroati dan sebagainya. Metode-metode itu telah terbukti memudahkan ribuan anak-anak bahkan orangtua untuk mahir membaca al-Quran.

Alangkah baiknya membaca al-Quran ini dilakukan secara bersama-sama oleh anak-anak di bawah bimbingan orangtua. Ketika seorang anak membaca, yang lain menyimaknya. Jika anak salah membaca, yang lain bisa membetulkan.Dengan cara itu, rumah akan selalu dipenuhi dengan bacaan al-Quran sehingga berkah.

5. Menulis.

Belajar menulis akan mempermudah anak dalam belajar membaca al-Quran. Diktekan kepada anak kata-kata tertentu yang mempunyai makna. Dengan begitu, selain anak bisa menulis, sekaligus anak belajar bahasa Arab. Mulailah dengan kata-kata pendek. Misalnya, untuk mengenalkan tiga kata alif, ba, dan dal anak diminta menulis a, ba da (tolong tuliskan Arabnya, ya: a-ba-da) artinya diam; ba-da-a (yang ini juga) artinya mulai; dan sebagainya.

Sesekali di rumah, coba adakan lomba menulis ayat al-Quran. Berilah hadiah untuk anak yang paling rapi menulis. Jika anak memiliki kemampuan yang lebih dalam menulis huruf al-Quran, ia bisa diajari lebih lanjut dengan mempelajari seni kaligrafi.

Rangkaian huruf menjadi suku kata yang mengandung arti bertujuan untuk melatih anak dalam memperkaya kosakata, di samping memberikan kesempatan bagi mereka untuk bertanya tentang setiap kata yang diucapkan serta mengembangkan cita rasa seni mereka. Jadi, tidak hanya bertujuan mengenalkan huruf-alQuran semata.

6. Mengkaji.

Ajaklah anak mulai mengkaji isi al-Quran. Ayah bisa memimpinnya setelah shalat magrib atau subuh. Paling tidak, seminggu sekali kajian sekeluarga ini dilakukan. Tema yang dingkat bisa saja tema-tema yang ingin disampaikan berkaitan dengan perkembangan perilaku anak selama satu minggu atau beberapa hari.

Kajian bersama, dengan merujuk pada satu atau dua ayat al-Quran ini, sekaligus dapat menjadi sarana tawsiyah untuk seluruh anggota keluarga. Sekali waktu, tema yang akan dikaji bisa diserahkan kepada anak-anak.

Adakalanya anak diminta untuk memimpin kajian. Orangtua bisa memberi arahan atau koreksi jika ada hal-hal yang kurang tepat. Cara ini sekaligus untuk melatih keberanian anak menyampaikan isi al-Quran.

7. Mengamalkan dan memperjuangkan AI-Quran.

AI-Quran tentu tidak hanya untuk dibaca, dihapal dan dikaji. Justru yang paling penting adalah diamalkan seluruh isinya dan diperjuangkan agar benar-benar dapat menyinari kehidupan manusia.

Sampaikan kepada anak tentang kewajiban mengamalkan serta memperjuangkan al-Quran dan pahala yang akan diraihnya. Insya Allah, hal ini akan memotivasi anak.

Kepada anak juga bisa diceritakan tentang bagaimana para Sahabat dulu yang sangat teguh berpegang pada alQuran; ceritakan pula bagaimana mereka bersama Rasulullah sepanjang hidupnya berjuang agar al-Quran tegak dalam kehidupan. *Halalguide.info

Baca Selengkapnya..

Selasa, 25 September 2007

Agar Anak Mengenal Makanan/Minuman Halal

Allah Swt. berfirman: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dan baik dari apa saja yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh kalian yang nyata. (QS Al-Baqarah [2]: 168).
Makan adalah kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi. Halal dan baik (halal-an thayyib-an) merupakan syarat utama saat kita mengkonsumsi makanan. Karena itu, mengetahui makanan halal sangat penting; tidak hanya bagi orangtua, yang bertugas menyediakan makanan untuk anak-anak, tetapi juga bagi anak-anak. Mereka harus mulai dikenalkan dengan makanan halal atau haram agar lebih berhati-hati saat mengkonsumsinya. Bagaimana mengenalkan makanan halal dan haram kepada anak? Tulisan berikut akan memberikan beberapa kiatnya.

1. Mengenalkan label halal.

Usahakan untuk selalu membeli makanan yang sudah mendapatkan sertifikat halal dari mulai makanan ringan, jajanan anak-anak sampai memilih rumah makan ketika akan bersantap dengan keluarga. Label halal biasanya berbentuk lingkaran kecil di sudut atas atau bawah kemasan. Di dalamnya terdapat kata halal untuk makanan dalam kemasan dan keterangan (sertifikat halal) dalam bentuk lembaran kertas untuk restoran-restoran atau makanan yang tidak dikemas. Sertifikat halal ini dikeluarkan oleh POM MUI. Meski tidak berarti yang tidak berlabel halal adalah makanan yang haram, mengenalkan label halal penting demi mendidik anak untuk berhati-hati sebelum membeli.

2. Mengenalkan kandungan makanan.

Ajari anak-anak untuk mengamati setiap kandungan makanan yang tercantum dalam kemasan. Jika di dalamnya mengandung bahan yang meragukan, seperti gelatin, misalnya, pastikan bahwa yang tercantum adalah gelatin yang berasal dari sapi. Gelatin biasanya terdapat pada makanan yang lembut dan sedikit kenyal, seperti permen lunak, es krim, dan puding. Tiga jenis makanan ini termasuk makanan favorit anak-anak. Karena itu, dengan mengenalkan komposisi kandungan, anak-anak terdidik untuk berhati-hati sebelum mengkonsumsi makanan.

3. Memperlihatkan poster barang haram.

Poster anti narkoba, misalnya, bisa kita lihat dimana-mana; di berbagai media (massa/elektronik) atau di jalan-jalan raya. Gunakan sarana itu untuk mengenalkan kepada anak makanan yang haram, di antaranya narkoba berikut berbagai bahaya yang ditimbulkan. Narkoba dapat mengganggu kesehatan, melemahkan perasaan dan merusak moral serta menghancurkan generasi. Dengan memperlihatkan poster semacam itu, anak-anak telah dididik sedari dini untuk mewaspadai makanan/zat yang haram.

4. Menunjukkan makanan yang haram saat Berbelanja.

Sekali waktu, ajaklah anak berbelanja di pasar atau supermarket. Jika ada makanan haram yang di jual di sana, tunjukkanlah kepada mereka. Amatilah baik-baik, misalnya, perbedaan antara daging sapi dan babi; mulai dari warna, tekstur dan sebagainya yang menunjukkan perbedaan itu. Selain daging segar, kepada anak-anak juga bisa diperlihatkan beberapa makanan kaleng yang mengandung bahan babi. Selain makanan, anak juga bisa dikenalkan dengan minuman-minuman beralkohol yang haram dikonsumsi, yang biasanya dijual di supermaket besar; seperti macam-macam bir atau minuman haram lainnya. Tekankan kepada anak-anak bahwa semua itu dilarang oleh Islam dan haram untuk dikonsumsi.

5. Mengunjungi pameran produk halal.

Jika ada kesempatan, ajaklah anak-anak mengunjungi pameran produk halal. Di tempat pameran akan disajikan makanan dan minuman yang biasanya sudah mendapat sertifikat halal. Anak akan menjadi lebih tahu, ternyata tidak sedikit makanan halal yang bisa dikonsumsi. Anak juga bisa bertanya langsung kepada orang-orang yang menjaga setiap stand sekaligus meminta penjelasan tentang produk makanan yang dipamerkan. Dengan cara itu, anak-anak terbiasa memperhatikan makanan halal dan makin menyadari betapa pentingya soal ini.

6. Membacakan ayat dan hadis.

Mengenalkan makanan halal dan haram juga bisa dilakukan dengan mengenalkan dalil-dalil tentang makanan yang bersumber dari al-Quran atau Hadis Rasulullah saw. Ajaklah anak untuk membaca, mengkaji dan kalau mungkin menghapalkan ayat-ayat dan hadis tersebut. Contohnya ayat berikut:

Diharamkan atas kalian (memakan) bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembilih atas nama selain Allah; yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang kalian sempat menyembelihnya; dan (diharamkan atas kalian) binatang yang disembelih untuk berhala. (QS al-Maidah [5]: 3).

Contoh lain adalah sabda Rasulullah saw. berikut:

الْبَحْرُ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ

Laut itu suci airnya dan halal bangkainya. (HR at-Tirmidzi, an-Nasa�i, Ibn Majah dan Ahmad).

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنْ سُحْتٍ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

Tidak akan masuk surga siapa saja yang dagingnya tumbuh dari makanan yang haram. Neraka lebih utama untuknya. (HR Ahmad).

7. Menanamkan kehalalan melalui cara mendapatkannya.

Selain kiat di atas, penting juga diajarkan kepada anak, bahwa makanan yang halal tidak hanya dilihat dari zatnya saja, tetapi juga cara memperolehnya. Makanan yang zatnya halal, tetapi didapat dengan cara yang haram, menjadi haram juga. Misal, ayam goreng yang halal dimakan, jika didapat dengan cara mengambil bekal temannya saat makan siang di sekolah, menjadi haram. Dengan cara ini, anak juga dididik sedari dini untuk mendapatkan rezeki dengan cara yang halal selalu. Dengan begitu, bibit-bibit korupsi dan tindak kejahatan menyangkut harta lain dengan cara ini sesungguhnya sudah dilibas mulai dari akarnya.

8. Mengenalkan makanan halal melalui kegiatan makan bersama.

Cara lain yang cukup efektif mengenalkan makanan halal kepada anak-anak adalah saat makan bersama. Sebelum acara makan dimulai, ajaklah anak-anak mengamati makanan masing-masing. Selain dari kandungan gizinya dan manfaatnya untuk pertumbuhan anak, jelaskan juga sisi kehalalan. Tanamkan rasa syukur dengan makanan yang sudah tersedia, sekaligus juga ajarkan tentang adab makan dan minum sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.: membaca doa sebelum makan, menggunakan tangan kanan, tidak berbicara saat makan, tidak mencela makanan dan sebagainya.

9. Menunjukkan makanan haram melalui tivi.

Mengenalkan makanan haram kepada anak, selain bisa dilakukan secara langsung juga dapat melalui media, misalnya televisi. Di film-film biasanya terdapat adegan orang yang mabuk karena meminum minuman beralkohol. Sampaikan bahwa khamr (minuman beralkohol) haram diminum. (Lihat: QS al-Maidah [5]: 90).

10. Mengikuti perkembangan info halal.

Ada majalah khusus yang dikeluarkan POM MUI yang bisa kita dapat. Kita juga biasa mengakses langsung melalui internet. Dengan begitu, kita tidak akan tertinggal informasi tentang perkembangan makanan halal, sekaligus kita akan lebih mudah dalam mencari produk halal. Ajaklah anak-anak untuk turut memperhatikan atau membaca media itu. Akan lebih menyenangkan jika anak juga sekali waktu diajak untuk surfing di internet untuk mengetahui makanan yang halal.

Wallahu a'lam biash-shawab. *Halalguide.info

Baca Selengkapnya..

Senin, 24 September 2007

Keteladanan Berawal dari Keluarga

Anak adalah nikmat dan pemberian Allah SWT yang tak ternilai harganya. Anak ini merupakan amanah bagi kedua orangtuanya untuk kemudian dipertanggung-jawabkan. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengingatkan kepada kita tentang besarnya tanggung jawab mendidik anak, "Barangsiapa yang melalaikan pendidikan anak dengan tidak mengajarkannya hal-hal yang bermanfaat, membiarkan mereka terlantar, maka sungguh dia telah berbuat sangat buruk. Sebagian besar anak yang jatuh ke dalam kerusakan tidak lain karena kesalahan orangtua yang tidak memperhatikan anak-anaknya dan tidak mengajarkan mereka kewajiban agama dan sunnah-sunnahnya. Sejak kecil mereka ditelantarkan sehingga kelak mereka tidak dapat memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orangtuanya."

Telah lama disadari bahwa keluarga merupakan pihak yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perkembangan anak pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Keluarga juga kerap diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang dapat memberi kasih sayang. Keluarga merupakan sumber utama dari sekian sumber-sumber pendidikan nalar seorang anak, dimana ia akan menemukan tata nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Keluarga merupakan unsur terpenting dalam pembentukan kepribadian anak melalui proses perkenalan dan interaksi antara dirinya dengan anggota keluarga di sekitarnya.

Keteladanan Orangtua
Pengelola Yayasan Buah Hati, Neno Warisman, mengungkapkan bahwa agama merupakan elemen dasar perkembangan anak. Harus dipahami pula bahwa untuk mengajarkan agama pada tingkat dini dibutuhkan banyak metode. "Orangtua harus sedapat mungkin aktif menggali informasi serta menerapkan metode pengajaran agama yang sudah teruji. Dalam mengajarkan sesuatu kepada anak, kita harus menyertakan hati, telinga, dan mata. Orangtua harus memberikan contoh yang nyata, bukan sekadar nasihat atau perintah. Anak-anak memerlukan keteladanan agar nilai yang hendak disampaikan menjadi lebih bermakna," ungkap Neno.

Membiasakan anak sejak usia dini untuk mengetahui dan melaksanakan berbagai aktivitas keagamaan tidak dapat dilakukan tanpa memperhatikan kenyamanan emosi, fisik, dan spiritual anak. Menurut Neno, jika orangtua dapat memfasilitasi ketiganya, maka proses pembelajaran agama akan berjalan dengan baik.

Praktisi pendidikan anak, Seto Mulyadi, menganggap bahwa peran keluarga sangat penting dalam membina akhlak dan mental anak. Kak Seto, demikian ia akrab dipanggil, menekankan agar orangtua memperhatikan metode dan cara yang tepat dalam memberikan pembelajaran agama kepada anak. Hal ini akan menentukan berhasil tidaknya upaya pendidikan.

"Dari semua hal yang perlu diajarkan, keteladanan orangtua adalah yang paling utama. Anak-anak akan mudah meniru apa pun yang dilihatnya. Jadi, ketika orangtua menerapkan perilaku terpuji dan bertutur kata yang halus, itu sudah merupakan permulaan pendidikan agama kepada anak-anak," tegas Seto.

Penyampaian nilai-nilai agama sebaiknya dilakukan dalam suasana yang 'berpihak' pada anak. "Jangan ada tekanan, paksaan, atau emosi dari orangtua kepada anak-anaknya. Sebaliknya, jika suasana hangat tercipta, maka anak pun akan mengikuti apa-apa yang disampaikan kepada mereka," tambahnya.

Dalam proses pendidikan, kontinuitas dan kualitas komunikasi antara orangtua dan anak harus dijaga. Seto mengingatkan agar orangtua memiliki kepekaan untuk dapat memahami kegelisahan, keinginan, maupun kegembiraan anak dengan menjadi pendengar yang baik. Di sinilah kemudian oangtua membimbing dan sekaligus menyisipkan jaran agama dalam tingkatan yang mudah dipahami nak. "Melalui cara yang halus dan lembut penuh kasih sayang, saya kira nilai-nilai ajaran agama bisa lebih mengena pada anak."

Visi dan Misi Keluarga
Sebagaimana layaknya sebuah organisasi, keluarga harus memiliki visi dan misi. Penentuan visi dan misi hendaknya dilandasi oleh pemahaman mendalam pada ajaran Al-Qur'an dan hadits. Dengan bercermin pada keluarga Rasulullah SAW, kita dapat memetik pelajaran berharga tentang fungsi sebuah organisasi keluarga.

Keluarga merupakan wadah penguatan ruhiyah melalui keteladanan dalam ibadah. Keluarga juga sangat besar pengaruhnya terhadap pengembangan potensi intelektual, spiritual, maupun emosional. Melalui proses berkeluarga, ketiga potensi ini akan mengalami pematangan, percepatan, teruji efektivitas dan efisiensi dalam sinergisitasnya.

Pendek kata, orangtua adalah pelopor dalam memberikan pemahaman tentang ilmu agama kepada anak-anak mereka. Keteladanan yang muncul adalah bentuk dakwah paling efektif untuk membuat anak terpesona dengan akhlak yang dicontohkan oleh orangtuanya. Dengan demikian, proses pembelajaran, penerapan, dan dakwah memang semestinya berawal secara alamiah di dalam lingkup keluarga. *Kotasantri.com

Baca Selengkapnya..